COPAS FB KH. SALIM AZHAR
DIALOG MENGGELITHIK
KAPAN MLETHE'E JARAK
Ustadz muda diundang ngaji di desa Gunungan Grabakan Tuban,
Ia berceramah sangat berapi-api di muka hadlirin-hadlirot,
Kebetulan yang diterangkan itu minuman arak memabukkan,
Ceramahnya sungguh semangat hingga seperti orang kampanye,
Menerangkan : Haram, Neraka, Merusak akal dan seterusnya,
Pendengarnya ada yang senang ada yang sinis ada yang muak,
Usai acara, Beliau dipersilahkan masuk rumah panitia,
Beramah-tamah bersama para tokoh dan orang-orang tua,
Selesai makan lalu istirahat sejenak untuk JAGONGAN,
Tiba-tiba seorang tua mantan modin bertanya :
"Dik Guru nopo pun sumerep Kapan mlethe'e jarak ?"
Ustadz muda itu bingung tidak mengerti arah pertanyaan tersebut,
Maka ia berkata : "Kulo boten ngertos maksudipun mbah"
Mbah mantan modin lalu menerangkan prihal MLETHE'E JARAK,
Begini terjemahnya :
Begini dek Guru,
Dulu pada zaman Belanda orang banyak menanam JARAK,
Tanaman JARAK itu dibudidayakan di mana-mana,
JARAK itu buahnya dapat digunakan minyak, bahan bakar,
Untuk mengetahui Apakah JARAK sudah siap dipanen,
Biasanya dilihat JARAK tersebut sudah MLETHEK apa belum,
Mletheknya ( merekahnya ) itu biasanya berbunyi PLETHEK,
Kalo sudah mlethek berarti sudah siap dipanen dan di olah,
Itu sama dengan manusia dek Guru,
Akan mengolah mereka agar menjadi baik juga menunggu siap,
Jika belum siap kok sudah diolah itu akan muspro dek,
Tetapi kalau sudah siap maka mereka akan menerima hidayah,
Walau diharam-haramkan, dineraka-nerakan, digila-gilakan,
Kalau belum siap, mereka tidak bisa menerima hidayat Alloh,
Nasihat itu muspro, sia-sia, mereka akan tambah menjauh,
Dan mereka tidak bisa digulo wenthah, malah mblarah,
Itu sunnatulloh dek Guru,
Maka Ustadz muda itu bertanya :
"Kalau begitu apa gunanya pengajian mbah ?"
Mbah mantan modin menjawab dengan tenang :
"Begini dek Guru, Agar buah JARAK itu bisa diprediksi,
Kapan MLETHEK nya, Maka Pohonnya harus diramut dulu,
Ngramutnya harus baik, dengan lembut, jangan kasar-kasar,
Kalau diramut dengan baik, buahnya MLETHEK dengan baik,
Tetapi kalau dikeras maka ia mati, tidak mau berbuah dek,
Dan tidak dapat diolah dan digulo wenthah,
Ustadz muda domblong dan malu, merasa kalah ilmu,
Ia merasa salah dan minta maaf kepada yang JAGONG di situ,
Maka Mbah mantan modin berkata lembut :
"Dek Guru benar, tidak salah, tidak perlu minta maaf,
Cuma kalo boleh saya mengusulkan,
Jika memberi ceramah hendaknya mengetahui lebih dulu,
KAPAN MLETHE'E JARAK,
Maaf Dek Guru yaa, Ini hanya usul saja",
Ustadz muda berterima kasih kepada mbah mantan modin,
Ternyata tiori dakwahnya orang dahulu lebih mendalam,
Mereka mengutamakan pemeliharaan sebelum mengolah buahnya,
Mereka mengencangkan pohonnya dengan halus dan pelan-pelan,
Prilakunya lebih bijaksana dari pada ustadz-ustadz muda sekarang,
Ustadz muda berpamitan dan mohon maaf atas kekhilafannya,
Ia berkata : "Matur kasuwun mbah kulo enget-enget mbah,
KAPAN MLETHE'E JARAK",
@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha