web 2.0

Senin, 24 November 2008

PESTA KARYA WASIAT 2008

PESTA KARYA WASIAT 2008
Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji
di Jakarta

Pendahuluan

Menyambut Tahun Baru Hijriah dan dalam rangka tasyakuran Alumni Tarbiyatut Tholabah di Jakarta, Wadah Silaturrahin Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji di Jakarta (WASIAT) menyelenggarakan Pesta Karya Wasiat 2008. Kegiatan tahun 2008 ini melombakan dua kategori, yaitu Menulis Cerpen (Tingkat MA/MAK) dan Menulis Pengalaman Menarik di Sekolah (Tingkat MTs).

Tujuan
Kegiatan ini bertujuan:
• meningkatkan budaya membaca di Tarbiyatut Tholabah;
• menumbuhkan tradisi menulis di kalangan pelajar Tarbiyatut Tholabah;
• menciptakan rasa percaya diri lewat karya tulis;
• memberi wahana berkompetisi bagi para pelajar di Tarbiyatut Tholabah;

Peserta
• Lomba Menulis Cerpen, pesertanya adalah seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah
• Lomba Menulis Pengalaman Menarik di Sekolah, pesertanya adalah seluruh siswa/i Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah

Ketentuan Lomba
• Naskah diketik pada kertas folio, dengan font Times New Roman 12, spasi 1.5.
• Panjang maksimal tulisan adalah 7 halaman.
• Setiap peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 2 naskah.
• Tema Lomba: Sekolah (Pendidikan), Persahabatan, dan Akhlak/Budi Pekerti.
• Peserta dilarang mencantumkan namanya di lembar karyanya.
• Nama peserta didaftarkan bersama judul karyanya di panitia.
• Naskah Lomba Menulis Cerpen diserahkan pada Ustd. Hj. Durrotun Aniqoh dan Ust. Khoirul Amin, S.Pd. Naskah Lomba Menulis Pengalaman Menarik di Sekolah diserahkan pada Ust. Ilham Faizin, S.Pd. Atau bisa juga dikirim langsung via email ke panitia: wasiat.jakarta@gmail.com
• Batas penyerahan naskah adalah tanggal 25 Desember 2008.
• Pengumuman pemenang dan pembagian hadiah dilaksanakan pada waktu pembagian Laporan Hasil Belajar (Februari 2009).

Kriteria Penilaian:
• Orisinalitas, Keutuhan Cerita, dan Kesesuaian tema
• Gaya bahasa & Kreatifitas Penulisan
• Bobot Cerita dan Alur yang Logis

Juri
Dewan Juri Lomba Menulis Cerpen antara lain:
1. Drs. Abdullah Zawawi, MA (Guru Bahasa Indonesia dan Kepala Sekolah MA TABAH)
2. Drs. Amin Dahlan (Guru Bahasa Indonesia MA TABAH)
3. Alfin Sonhaji, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia MA TABAH)

Dewan Juri Menulis Pengalaman Menarik di Sekolah antara lain:
1. Drs. Moh. Yasa’ Shobary (Guru Bahasa Indonesia MA TABAH)
2. Moh. Fatih Luthfi, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia MA TABAH)
3. Ilham Faizin, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia MA TABAH)

Hadiah

Pemenang Lomba Menulis Cerpen mendapatkan hadiah sebagai berikut:
Pemenang 1 : Beasiswa 200.000 + Piala + Piagam
Pemenang 2 : Beasiswa 150.000 + Piala + Piagam
Pemenang 3 : Beasiswa 100.000 + Piala + Piagam

Pemenang Lomba Pengalaman Menarik di Sekolah mendapatkan hadiah sebagai berikut:
Pemenang 1 : Beasiswa 150.000 + Piala + Piagam
Pemenang 2 : Beasiswa 100.000 + Piala + Piagam
Pemenang 3 : Beasiswa 75.000 + Piala + Piagam

Informasi lebih lanjut:
Moh. Shorih Al Kholid
0856 4625 2020
http://wasiat-jakarta.blogspot.com
email: wasiat.jakarta@gmail.com

Jakarta, 25 November 2008

Acara ini terselenggara atas kerjasama:
WASIAT Jakarta
MA Tarbiyatut Tholabah
MTs Tarbiyatut Tholabah

Nb:
• Naskah-naskah terpilih akan dimuat secara berkala di Blog-nya WASIAT.
• Keputusan dewan juri tidak bisa diganggugugat.

Kamis, 16 Oktober 2008

Anak WASIAT Jadi Surveyor LSI

Aktivitas teman-teman WASIAT makin beragam saja. Setelah beberapa waktu—pertama kali dalam sejarah—ada yang masuk di Resimen Mahasiswa (MENWA), kemarin saya mendengar bahwa Abrohul Isnaini dan Majius Sulthoni menjadi surveyor untuk Lembaga Survey Indonesia (LSI). Survey itu dilakukan untuk mendapatkan hasil quick count pada Pilkada Bupati Serang, Banten.
Menurut Sulthon, dia bersama Rohul dan salah seorang temannya, kebagian tugas untuk merekap hasil pemungutan suara di kecamatan Lebak. Walaupun masih buta dengan dengan daerah Lebak, mereka yakin dapat melaksanakan tugas pertama ini dengan baik. Kita tunggu dan doakan saja.
Untuk satu kecamatan itu, mereka mendapatkan biaya transport sebesar 150 ribu/orang. Itu uang yang diberikan dimuka. Mereka mengaku, tidak tahu apakah akan ada uang tambahan setelah tugas tersebut selesai atau cukup uang itu saja. [KHO]

Angkot Ber-AC

Ada inovasi mengejutkan dalam dunia perangkotan di Jakarta. Kemarin (15/10/08), saya melihat sebuah angkot D 01 baru jurusan Ciputat—Kebayoran yang di dalamnya terdapat sebuah televisi. Layar mungil seperti layaknya dalam mobil-mobil pribadi itu terdapat di bagian depan, di samping sopir dan agak ke atas—tepatnta dekat cermin. Sehingga, dapat juga disaksikan oleh para penumpang di bangku belakang.
Saya yang kebetulan ada di bis kota di sampingnya—waktu jalanan agak macet—menyaksikan para penumpang yang tampak fokus mengarahkan pandangannya ke arah televisi. Mungkin ini adalah pengalaman baru yang mereka dapatkan. Adanya televisi ini mungkin bisa membantu mengurangi kejenuhan saat terjebak dalam kemacetan.
Sekitar 2 tahun yang lalu, sempat juga muncul inovasi unik. Yakni, memberi fasilitas AC pada angkot. Waktu itu, yang jadi “korban percobaan” adalah angkot 06 jurusan Kampung Melayu—Gandaria. Angkot-angkot terbaru, semuanya dilengkapi dengan AC. Pintu pun harus ditutup. Kacanya pun dibuat buram, sehingga situasi di dalam angkot tidak terlihat dari luar. Sebaliknya, penumpang dapat melihat keadaan di luar angkot dengan leluasa. Namun, inovasi seperti hanya berlangsung beberapa waktu. Setelah itu? Entah karena rusak atau karena penghasilan dari angkot ternyata tidak mencukupi untuk biaya perawatan AC, fasilitas “mewah” itu pun kembali dilepas.
Akankah hal serupa terjadi pada angkot D 01 jurusan Ciputat—Kebayoran ini? Kita tunggu saja perkembangannya. Yang pasti, usaha untuk memberi pelayanan yang lebih baik dan nyaman, patut kita dukung dan syukuri. [KHO]

WASIAT Adakan Seminar Nasional di PP TABAH Kranji

LAMONGAN—Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji di Jakarta (WASIAT) mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Masa Depan Pesantren di Era Teknologi Informasi”. Acara yang dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Oktober 2008 di Aula Tarbiyatut Tholabah itu sedianya akan dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA. Namun, karena beberapa hal, beliau berhalangan hadir.
Seminar pendidikan ini dibuka oleh Ibu Hj. Khofifah Indar Parawansa yang bertindak sebagai keynote speaker—menggantikan MENKOMINFO. Sebagai pembicara, hadir Dr. H. Amin Haedary, Direktur Pendidikan Pesantren DEPAG RI, yang menyampaikan materi dengan tema “Kebijakan Pemerintah dalam Pemberdayaan Pesantren di Era Teknologi Informasi”, Drs. H. Andi Muawiyah Ramly, M.Pd., Sekretaris Umus Dewan Syuro DPP PKB, Direktur OPSI, dengan tema “Meningkatkan Mutu Pendidikan Pesantren Berbasis Pemberdayaan”.
Kemudian, Drs. H. Hamid Syarif, MA, Sekretaris Umum PP RMI, Purek I IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang menyampakan materi dengan tema “Mengembangkan Madrasah Diniyah di Era Teknologi Informasi”, dan Dr. Fathoni Rodli, MA, PP Maarif NU, yang menyampaikan materi dengan tema “Kesiapan Pesantren Menghadapi Era Teknologi Informasi Perspektif Sosio-Kultural”.
Sekitar 170 undangan yang berasal dari unsur Pimpinan Pesantren se-Pantura Jawa Timur, kalangan LSM, akademisi, dan mahasiswa memenuhi aula PP Tarbiyatut Tholabah. Para peserta tampak antusias dalam meyimak materi yang disampaikan oleh para pembicara.
Menurut Ketua Umum WASIAT, Moh. Shorih Al Kholid, kegiatan di PP Tarbiyatut Tholabah merupakan tradisi dua tahunan WASIAT. Program Pengurus WASIAT memang mencanangkan untuk melaksanakan acara besar di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran setiap 2 tahun sekali, sebagai wujud pengabdian alumni Tarbiyatut Tholabah di yang Jakarta. Pada tahun-tahun sebelumnya, WASIAT rutin mengadakan acara berbentuk Tabligh Akbar ataupun seminar dengan menghadirkan tokoh-tokoh dari Ibukota.
Kholid, panggilan akrabnya, berharap seminar ini bisa menelurkan ide-ide kreatif untuk memberdayakan pesantren sebagai salah satu sistem pendidikan di Indonesia, mewujudkan kerja sama yang rapi antara pemerintah dan dan masyarakat dalam membangun pendidikan pesantren yang berbasis teknologi informasi, mencari gagasan terbaik untuk mewujudkan pendidikan pesantren yang dapat menjawab tuntutan global, dan mempererat hubungan antar-masyarakat pesantren khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya. [KHO]

WASIAT Adakan Seminar Nasional di PP TABAH Kranji

LAMONGAN—Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji di Jakarta (WASIAT) mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Masa Depan Pesantren di Era Teknologi Informasi”. Acara yang dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Oktober 2008 di Aula Tarbiyatut Tholabah itu sedianya akan dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA. Namun, karena beberapa hal, beliau berhalangan hadir.

Seminar pendidikan ini dibuka oleh Ibu Hj. Khofifah Indar Parawansa yang bertindak sebagai keynote speaker—menggantikan MENKOMINFO. Sebagai pembicara, hadir Dr. H. Amin Haedary, Direktur Pendidikan Pesantren DEPAG RI, yang menyampaikan materi dengan tema “Kebijakan Pemerintah dalam Pemberdayaan Pesantren di Era Teknologi Informasi”, Drs. H. Andi Muawiyah Ramly, M.Pd., Sekretaris Umus Dewan Syuro DPP PKB, Direktur OPSI, dengan tema “Meningkatkan Mutu Pendidikan Pesantren Berbasis Pemberdayaan”.

Mengembangkan Pendidikan Diniyah di Masa Depan

Oleh: Drs. H. Hamid Syarif, MA*

Pada awalnya, para the founding father pondok pesantren; kiai, ulama, masyayikh, dan asatidz mendirikan atau membangun lembaga ini sebagai takhasus (secara khusus) untuk TAFAQQUH FIDDIN (pendalaman ilmu-ilmu keislaman) bagi masyarakat sekitar secara ikhlas dan istiqomah untuk mengembangkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya waktu, kehadiran pondok pesantren merupakan “kampung peradaban” di mana kehadirannya dalam suatu komunitas atau masyarakat, lambat laun mengakibatkan terjadinya perubahan kehidupan sosial di sekitarnya yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan sebagainya.
Kiai sebagai pendiri, pemilik, dan figur sentral suatu pesantren—dengan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang bersumber pada kitab-kitab kuning—memiliki kewajiban agamis untuk melanjutkan, meneruskan, dan menyebarluaskan risalah islamiyah agar tercipta dan terwujud manusia berakhlakul karimah yang pada muaranya akan membentuk masyarakat Muslim.
Dengan bermodalkan pesantrennya, para kiai/ulama telah memainkan peran sosial kulturalnya, sehingga lembaga ini mampu memperlihatkan eksistensi dan kebesaran pondok pesantren dalam perjalanan sejarahnya. Bahkan, para ahli sosila kebudayaan, seperti Geerzt, Hirokoshi, dan Dhofir mengemukakan bahwa para kiai telah memainkan peran menjadi pialang budaya (cultural broker) dan sebagai agen perubahan (agent of change) yang aktif selektif (mediator). Mereka juga berpendapat bahwa pesantren dan kiai bukanlah sesuatu yang stagnant (mandek), tapi berubah sejalan dengan budaya dari luar yang positif dan meninggalkan budaya yang negatif.
Pondok pesantren dipandang pula menjadi salah satu lembaga sosial independen alternatif dalam bidang etos ekonomi dan visi moral yang dipimpin kiai bagi suatu perubahan. Dengan berkembangnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, pesantren menyediakan layanan pendidikan Islam bagi para santrinya mulai dari Pendidikan Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Adanya varian pendidikan di lingkungan pesantren, menjadikan para santri memiliki pilihan pendidikan Islam sesuai dengan minat dan bakatnya. Ketika internal pesantren mengalami perubahan dalam bidang pendidikan, terjadi dua pola pendidikan; yakni pola pendidikan pesantren salafi (pesantren yang mengkhususkan pada ilmu-ilmu keislaman) dan pola pendidikan pesantren khalafi (memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum).
Di Jawa Timur, pada tahun 1985, terjadi perubahan orientasi santri dalam kajian keilmuan di pesantren, di mana para santri dikhususkan mengkaji ilmu keagamaan sebesar 48,50% dan mengkaji ilmu keagamaan disertai ilmu pengetahuan dna ketrampilan sebesar 51,50%. Tahun 1995, para santri dikhususkan mengkaji ilmu agama 33,20% dan mengkaji ilmu agama disertai ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan 66,80% (P3M, 1986, Suryadi 1997).
Adanya pergeseran dari sejumlah pesantren salafi ke pesantren khalafi, mengakibatkan terjadinya perubahan internal pesantren. Perubahan tersebut mengakibatkan munculnya problem-problem pada pesantren, dan dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas pendidikan pesantren. Dalam hal kuantitas artimya, seberapa banyak pesantren yang dapat bertahan pada watak aslinya sebagai institusi tafaqquh fiddin dan seberapa tinggi kualitas pengetahuan ilmu-ilmu keagamaan yang bersumber pada kitab-kitab kuning yang dimiliki para santri.
Suatu perubahan pendidikan di lingkungan pesantren merupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Namun demikian, suatu perubahan diharapkan tidak menyebabkan terjadinya degradasi kualitas pengetahuan ilmu-ilmu keagamaan di kalangan santri karena adanya regulasi pendidikan di luar pesantren.
Pendidikan madrasah diniyah merupakan bagian dari sistem pendidikan pesantren yang wajib dipelihara dan dipertahankan keberadaannya karena lembaga ini telah terbukti mampu mencetak para kiai/ulama, asatidz, dan sejenisnya. Lahirnya Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan merupakan peluang sekaligus tantangan. Peluang, karena PP tersebut telah mengakomodir keberadaan pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren. Sedangkan tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana para pengasuh pesantren dan pengelola pendidikan diniyah secara arif dalam merespons pemberlakuan PP tersebut.
Standardisasi pendidikan madrasah diniyah yang sedang akan diseminarkan ini merupakan salah satu solusi dan alternatif yang harus dilakukan. Apapun bentuk atau pola standardisasi pendidikan madrasah diniyah yang akan diberlakukan, harus memperhatikan tiga pilar utama, sebagai berikut;
Pertama, pilar filosofis merupakan pilar yang dijadikan pijakan bahwa MADRASAH DINIYAH adalah FARDHU AIN untuk dipertahankan sebagai lembaga pendidkan tafaqquh fiddin melalui sumber pembelajaran pada kitab-kitab kuning yang merupakan ide, cita-cita, dan simbol keagungan dari pondok pesantren.
Kedua, pilar sosiologis adalah pilar yang dijadikan dasar pemikiran bahwa madrasah diniyah tidak berada dalam ruang kosong (vacuum space), tetqapi ia bagian dari sistem sosial yang lebih luas untuk memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakatnya. Pilar ini memerlukan refleksi secara mendalamn agar eksistensi madrasah diniyah tidak sekadar sebagai pelengkap (supplement), tetapi diharapkan madrasah diniyah menjadi pilihan utama (primer) bagi masyarakat di mana pada saatnya madrasah diniyah ini setara kualitasnya dengan satuan pendidikan lainnya.
Terakhir, pilar yuridis merupakan pilar yang harus mendapat perhatian bahwa pendidikan di Indonesia berlaku sistem pendidikan nasional. Artinya, jenis dan satuan pendidikan apapun harus tunduk pada regulasi pendidikan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan pendidikan. Peraturan Pemeriuntah Nomor 55 ini merupakan salah satu pijakan yuridis yang mengatur tentang keberadaan pendidikan madrasah diniyah formal dan pondok pesantren.
Dengan ketiga pilar di atas, pendidikan madrasah diniyah di satu pihak akan mampu mempertahankan watak aslinya (salafi) sebagai tafaqquh fiddin dan mampu mengakomodir tuntutan dan kebutuhan masyarakat dalam dunia pendidikan.
Di masa depan, pengelolaan dan pelaksanaan madrasah diniyah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membentuk Badan Hukum Pendidikan yang berbentuk “Yayasan Pendidikan Madrasah Diniyah” yang didaftarkan “Notaris”.
b. Menyusun jenjang pendidikan/satuan pendidikan:]
- Madrasah Diniyah Ula
- Madrasah Diniyah Wustho
- Madrasah Diniyah Ulya
c. Secara bertahap, menyiapkan tenaga pengajar (guru) madrasah yang mempunyai kualitas minimal diploma empat/DIV atau Strata Satu (S1) bidang pendidikan sesuai mata pelajaran yang diajarkannya.
d. Diupayakan untuk mengetrapkan Draft Standard Kurikulum Madrasah Diniyah secara bertahap dan berkesinambungan.

* Sekretaris Umum PP RMI/Purek I IAIN Sunan Ampel Surabaya. Makalah ini disampaikan dalam Seminar Nasional “Masa Depan Pesantren di Era Teknologi Informasi” pada hari Kamis, 9 Oktober 2008 di Aula PP Tarbiyatut Tholabah Kranji.

Jumat, 26 September 2008

Keajaiban Shalat Subuh di Paramuda

Malam tadi (25/09/08), saya nginep di rumah Cak Ud, di Ruko Prima Ciputat. Saya hendak konfirmasi mengenai pembicara seminar (Pak Hamid Syarif & Pak Muhammad Nuh). Namun, ditunggu-tunggu sampai jam 1 dini hari, bahkan hingga setelah saya dan Asy'ari selesai nyetting untuk blocknote dan back drop, Cak Ud belum datang juga.

Karena sudah mengantuk, kami beranjak tidur. Sekitar pukul 3.30 dini hari, terdengar ramai-ramai di lantai tengah (tempatnya Cak Ud). Saya terbangun dan bergegas turun tangga menuju ke lantai tengah. Sekalian sahur, begitu pikir saya.

Ternyata, Cak Ud baru datang. Juga ada adik Cak Ud yang sedang bersiap untuk santap sahur. Sedangkan Cak Ud, terlihat bersiap-siap hendak melaksanakan shalat malam. Selesai santap sahur, saya kembali ke lantai atas--yang juga digunakan sebagai tempat shalat. Terlihat Cak Ud sedang melaksanakan shalat malam. Lalu, khusuk duduk di atas sajadahnya.

Adzan Subuh terdengar. Cak Ud mengajak kami melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Saya, As'yari, dan seorang penghuni lainnya segera mengambil air wudhu. Kami pun shalat bareng. Disusul kemudian dengan zikir bareng--khas seperti di pondok dulu. Ketika saya tanyakan pada penghuni Paramuda, ternyata kebiasaan shalat Subuh berjamaah ini biasa dilakukan di sini--dengan dipimpin langsung oleh "pengasuh" rumah.

Nah, inilah yang hendak saya ungkapkan dalam kesempatan kali ini.
Cak Ud yang supersibuk, kaya, kegiatan seabrek, banyak hal yang dipegang, masih "peduli" dan tidak melupakan "oleh-oleh" dari Pondok; shalat jamaah dan shalat sunnah lainnya. Ini yang kerap dilalaikan oleh banyak orang yang "naik daun". Bahkan, acapkali Subuhnya kedahuluan matahari. Sehingga, muncullah istilah; "Shalat Dhuha, pake Qunut!".

Maaf bila tulisannya kurang nyaman dikunyah. Saya hanya ingin belajar mengikat makna yang saya dapatkan dari kehidupan yang saya temui. Mari kita saling berbagi makna yang kita peroleh. Karena, sudah pasti, makna yang kita petik berbeda-beda. Meski yang dihadapi adalah hal yang sama. Anda coba tanya saja makna yang diperoleh Asy'ari tentang hal ini. Pasti berbeda! :)
Maaf pula jika judul kolom saya ini terlalu provokatif. hehehe...

Semoga bermanfaat!

Kamis, 18 September 2008

Cak Ud, Sukses Saat Masih Muda

Percaya tidak? Niat dan kemauan untuk menerjuni dunia usaha tidak melulu karena mempunyai modal cukup atau pengalaman yang mumpuni di suatu bidang usaha. Kadangkala, minat untuk berusaha hadir saat diri menemui kesulitan. Itulah yang dialami oleh H. Abdullah Mas’ud, Pimpinan Paramuda Group yang juga pembina WASIAT.

Cak Ud, begitu dia akrab dipanggil, mendirikan usaha lantaran adanya keterdesakan hidup yang kian sulit di Ibu kota. Barangakali ia bukanlah satu-satunya orang yang yang mandiri karena keterdesakan. Tetapi, paling tidak, ia adalah salah satu profil muda yang patut diacungi jempol. Pada saat teman-temannya mengeluh karena sulitnya hidup jauh dari kampung halaman, Cak Ud bangkit dari keluh kesah. Ia melangkah bersama teman-temannya yang lain, membangun usaha kecil-kecilan. Mereka menyedut diri sebagai PARAMUDA, anak-anak muda, yang tak gampang menyerah.

Awal mula usaha yang dibangun adalah di bidang percetakan. Pertama kali mencanangkan bisnis ini, tak ada yang bisa dikerjakannya. Namun, Cak Ud bersama anak-anak muda lainnya tak lantas berputus asa. Mereka terus berusaha. Sedikit demi sedikit hasilnya pun mulai tampak. Cak Ud masih ingat, pertama kali ia menerima order adalah satu paket pembuatan kartu nama. Kemudian, menyusul leflet, brosur, poster, dan beberapa media promosi kecil-kecilan yang dipesan oleh teman-temannya sesasa mahasiswa. Dari hari ke hari, bulan berganti bulan, order cetakan mereka pun makin bertambah. Cak Ud dan kawan-kawan senang bukan kepalang.

“Saya sebenarnya tak punya background dan pengalaman di bidang ini,” ujarnya. Ya, benar. Saat mendirikan PARAMUDA, Cak Ud memang tidak berbekal pengetahuan yang cukup. Meski bisa menyelesaikan S1-nya, toh tak cukup membantu usahanya. Namun, berkat ketekukan dan semangat pantang menyerah—apalagi dia sering kebagian tugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kertas dan cetak mencetak—pengetahuannya pun semakin bertambah.

Kini, PARAMUDA kian berkembang. Tak hanya percetakan, PARAMUDA di bawah bendera PARAMUDA GROUP juga bergerak di bidang penerbitan dan distribusi buku. Beberapa buku telah berhasil diterbitkan di bawah nama Penerbit Cendekia Muda. Sedangkan Paramuda Bookstore bergerak di bidang distribusi buku.

Selain itu, PARAMUDA GROUP juga beberapa kali mengadakan kegiatan pengembangan diri dan potensi, di antaranya adalah Pelatihan Servis Handphone, Pelatihan Kemandirian untuk Remaja, Pelatihan Peta Masa Depanku, dan lain sebagainya.

Kini, Cak Ud, pemilik PARAMUDA, masih tetap muda (belum menikah, hehehe). Bahkan, yang membuat angkat topi, dia masih sempat berkumpul-kumpul atau rapat dengan junior Wasiat yang jauh di bawahnya. Juga, masih sempat “ikut-ikutan” ngurusi kegiatan Wasiat. Kesederhanaan dan kebersahajaannya terlihat di sini.

Jika kekayaan sebagai ukurannya, maka Cak Ud adalah profil muda yang bisa dikatakan sukses. Dia sudah memiliki sebuah ruko 3 lantai dan sebuah mobil Avanza, selain juga sibuk bekerja di Departemen Agama dan menjadi Kepala Sekolah Al-Nahdlah di Pondok Petir Sawangan Depok.

Mungkin, banyak yang “iri” dengan kemapanan Cak Ud hari ini. Banyak juga yang tidak melihat bagaimana sesungguhnya Cak Ud dulu—saat mengalami masa-masa prihatin di Jakarta. Dia sempat mengalami masa-masa melarat—titik nadir dalam bahasa Cak Ud. Di mana waktu itu dia sempat berpuasa Daud (sehari puasa, sehari tidak) selama 2 tahun. Dan, kebiasan puasa ini masih berlanjut hingga sekarang saat sudah sejahtera—dengan puasa senin-kamis. Rahasia lain yang tidak pernah diungkapkan kepada banyak orang adalah kebiasannya bangun malam untuk bermunajat kepada Allah Swt. Selain itu, didukung dengan sedekah rutin kepada yang membutuhkan ataupun yang “tidak membutuhkan”.

(Adaptasi dari Profil Cak Ud yang dimuat di majalah Syir’ah dengan judul “Yang Muda Yang Menggeluti Dunia Usaha”, edisi Februari 2006. Ditulis ulang oleh Moh. Shorih Al-Kholid)

Pelajaran dari Pak Djakfar

Lama sekali sesungguhnya saya ingin menuliskan intisari yang saya dapatkan dari Pak Djakfar pada acara Sharing senior dengan junior WASIAT di Puncak, Bogor. Namun, baru sekarang saya berkesempatan mendokumentasikannya untuk blog WASIAT. Semoga catatan ini bermanfaat.

Pak Djakfar mengawali motivasinya dengan mengutip syair yang kerap disenandungkan oleh (alm) Kiai Baqir Adelan, yang ditujukan kepada para muridnya.:
“Quumu Ayyuhas Syubbanul Kiram”
Bangkitlah, wahai para pemuda yang mulia.

Bangkit dan Bergerak

Kita sesungguhnya adalah para pemuda yang mulia dan terhormat, namun kita belum bisa mencapainya jika kita hanya duduk-duduk saja, banyak tidur, terlalu sering bermain game, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Kita harus bangkit, bergerak, berusaha, dan menunjukkan bahwa diri kita ada. Masih layak dianggap sebagai manusia yang hidup dan bernapas. Jika tidak, maka layaklah kita untuk ditakbiri sebanyak empat kali (shalat jenazah).


Mengenai masa depan


“Kita tidak tahu, nanti akan menjadi apa. Maka, berbaik-baiklah pada semua orang. Karena kita tidak tahu; bisa jadi orang tersebut adalah penyelamat kita suatu saat nanti.”

Persiapkan Modalnya Sekarang

Setiap dari kalian akan menjadi orang yang sukses, orang yang lebih baik dan terhrmat daripada sekarang, asalkan mempunyai modal yang lengkap. Oleh karena itu, lengkapilah modal kalian. Modal apa saja, dalam bidang apa saja. Pelajari semuanya sebaik-baiknya. Karena—sekali lagi, Anda tidak tahu di bidang yang mana kelak Anda akan berperan. Siapa tahu, kelak salah seorang di antara kalian “dipaksa” menempati posisi tertentu. Menjadi menteri, misalnya. Masalahnya, siap tidak, andai itu benar-benar terjadi?

Berbuat Saja, Tak Usah Pikirkan Balasannya

Tidak usah berpikir bahwa apa yang kalian lakukan itu untuk kalian. Tapi, lakukan saja. Berbuat saja yang terbaik dalam setiap kesempatan. Karena bagian kalian akan diberikan nanti. Tak usah dipikirkan. Waqul i’maluu fa sayarallahu amalakum wa rasuuluhuu wal mu’minuun. “Berbuat sajalah kamu. Maka, itu akan dilihat oleh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.”

Setelah beberapa kalimat dahsyat yang memotivasi, Pak Djakfar menutup dengan prinsip pribadinya:

“Begitu saya hidup, saya tidak boleh menjadi orang yang tidak berguna. Pokonya saya berbuat baik saja. Efeknya apa buat saya? Gak perlu dipikirkan. Nanti akan datang sendiri.”
Semoga bermanfaat.

Mudik Gratis dari PDIP

Lebaran seakan menjadi sebuah kewajiban harus pulang. Begitu pula tahun ini, kami keluarga besar Wasiat pun hendak pulang; bersua, berkumpul, dan silaturrahmi dengan orangtua, sanak-saudara, guru, dan teman-teman di rumah.

Berharap dari kereta api Kertajaya langganan kami—yang berdana minim, adalah pilihan paling logis untuk pulang. Namun, sesungguhnya kami enggan naik jika membayangkan betapa sesaknya orang pulang dengan menggunakan kereta yang sama, saat mudik. Sementara kereta api bisnis dan eksekutif, tiketnya sudah pada habis. Itu pun dengan harga yang naik berlipat ganda dari harga normal.

Selama Ramadhan, kami selalu berdoa, berharap ada mudik gratisan lagi seperti tahun lalu. Tahun 2007, kawan-kawan Wasiat pulang mudik bareng dengan menggunakan bis fasilitas gratisan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Alhamdulillah, menjelang pertengahan Ramadhan, ada informasi bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengadakan program mudik gratis. Dengan moto Moncong Putih Mudik Bareng, pengurus menyiapkan 400 bis dengan tujuan kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pendaftaran dibuka mulai tanggal 13 September 2008. Hari pertama pendaftaran, kantor DPP PDIP di Lenteng Agung disesaki oleh masyarakat yang hendak memanfaatkan kesempatan ini. Berdesak-desakan mereka, antri menunggu giliran.

Pada hari kedua pendaftaran (14/09/08), warga Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah (WASIAT) yang dikoordinir oleh Abrohul Itsnaini mengumpulkan fotokopi KTP teman-temannya dan membawa ke tempat pendaftaran. Sebanyak 27 orang didaftarkan pada pagi itu oleh Rohul yang berangkat dari Ciputat pada jam 06.00 WIB.

Alhamdulillah, sekitar jam 14.00 WIB, mereka pun berhasil mendapatkan “tiket” mudik gratis. Urusan mudik menjadi tenang sekarang.

Mudik gratis ini akan dilaksanakan serentak di PRJ Kemayoran pada hari Ahad, 28 September 2008 mendatang. Para peserta mudik akan mendapatkan paket mudik dari DPP PDIP sebagai berikut:
- ID Card
- Pin PDIP
- Tas mudik
- Konsumsi
- Asuransi (berlaku selama sebulan)
- Stiker

Buka Bersama buat Teman2 Bace Camp & Wasiat

Ramadhan tahun ini banyak kemudahan bagi teman-teman Wasiat—terutama dalam hal berbuka. Setiap hari, di musholla Raudhotul Jannah yang terletak di dekat Base Camp Wasiat, Ciputat, setiap hari selalu dibagikan paket buka bersama. Segelas air dan sebungkus nasi.

Ini berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya yang “hanya” minum teh dan beberapa makanan ringan dan kurma sebagai ta’jil.Karena itu, menjelang maghrib, para mahasiswa yang kebetulan banyak tinggal di sekitar musholla berbondong-bondong untuk mendapatkan bagian.

Keadaan ini tentu saja membuat pengeluaran menjadi semakin hemat. Teman-teman hanya mengeluarkan uang untuk sahur—bagi yang tidak merokok dan tidak suka ngemil. Apalagi, sebagaimana tradisi sewaktu di pesantren, mereka makan sahur secara bersamaan dengan satu talam. Nasinya masak sendiri, dan hanya butuh membeli lauk pauk di Bu As.
Alhamdulillah.
(Sekadar catatan harian)

Senin, 15 September 2008

Buka Bersama di Cak Ud

Sabtu, 13 September 2008, H. Abdullah Mas’ud, Pembina sekaligus senior WASIAT mengundang seluruh anggota Wasiat untuk berbuka bersama di kediaman beliau, Graha Paramuda.

Acara buka bersama diawali dengan khataman al-Qur’an. Sekitar 20 anggota Wasiat hadir dalam acara tersebut. Selain itu, juga ada karyawan Paramuda Grup, perusahaan yang dimiliki oleh Cak Ud. Cak Ud selaku tuan rumah membagikan kopyah putih untuk masing-masing undangan.

Setelah berbuka bersama, para undangan berbincang-bincang melepas kangen. Disusul kemudian dengan acara Shalat Isya’ dan Tarawih bersama yang diimami oleh Masyhari, mahasiswa syari’ah LIPIA—yang hafidz beberapa juz Al-Qur’an.

Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah dan bincang-bincang santai. Dalam perbincangan santai tersebut, diisi dengan pembagian hadiah bagi para pemenang Lomba Agustusan Wasiat 2008 yang diadakan tanggal 17 Agustus kemarin.

Yang paling menarik adalah munculnya kesepakatan bersama untuk meneruskan “tradisi” baik Wasiat; yakni mengadakan Halalbihalal di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji. Acara HBH itu insya Allah akan dilaksanakan sekitar seminggu setelah Idul Fithri dan dikemas dalam bentuk Seminar Pendidikan.

Rabu, 10 September 2008

Beasiswa Fulbright 2009

Beasiswa Studi di Amerika Serikat Fulbright 2009, telah mulai dibuka, dgn deadline seperti tertera di list bawah.

Ada banyak program yang dibuka untuk berbagai tingkat level pendidikan (masing2 ada persyaratan sendiri2), mulai dari beasiswa untuk guru bahasa inggris sampai untuk Doktoral, smoga bermanfaat bagi rekan2 semua, slamat mencoba.

Fulbright Community College Summit Initiative Program

AMINEF 2008-11-01

Fulbright Foreign Language (Bahasa Indonesia)Teaching Assistant (FLTA)
Program
AMINEF 2008-11-03

2008 International Fulbright Science and Technology Award for PhD.
Study
AMINEF 2009-05-05

Fulbright International Leadership in Education Program

AMINEF 2009-05-16

Hubert H. Humphrey Fellowship Program for Mid-career Professionals

AMINEF 2009-05-31

Fulbright Presidential Scholarship Program (Ph.D. Program)

AMINEF 2009-05-31

Fulbright Master's Degree Program

AMINEF 2009-05-31

Fulbright-Freeport Master's Degree Program

AMINEF 2009-05-31

Fulbright Doctoral Dissertation Research Program

AMINEF 2009-05-31

Fulbright Visiting Specialist Program

AMINEF 2009-06-30

smoga bermanfaat,

Selasa, 09 September 2008

Beasiswa Bagi Yatim Piatu

From: Dewi Susilowati
Sent: 04 September 2008 11:19
Subject:

Dear Frens...mungkin ada saudara / teman mohon dapat di infokan.thx.

Univ. BUDI LUHUR member ika n beasiswa tanpa ika tan dinas kepada lulusan SMU 2007 atau 2008 bagi anak yatim/piatu tidak mampu yg membutuhkan pendid ika n tinggi hingga S1 + dapet kost-an + uang saku.



info lebih lanjut 021. 585.3753 ext. 334; 270; 271 (senin-jumat; 08-16 wib)



bagi yg peduli dengan anak yatim/piatu mohon disebarkan. Thx

DEWI SUSILOWATI
dewi.susilowati@ mncnetworks. com
T. 021.3923.555. Ext.512
F. 021.3927.001
Mobile. 0818-941-777
0888-911-2303

FESTIVAL MARAWIS Se-JABODETABEK

FESTIVAL MARAWIS Se-JABODETABEK
KATEGORI : TINGKAT UMUM
@ Poins Square Lebak Bulus
13 September 2008
Syarat Lomba :
* Membawakan 1 lagu bebas Islami
* Pendaftaran pada tgl 1 Sept'08 s/d pada hari-H
(satu jam sebelum lomba)
* Technical Meeting tgl 12-9-2008 (Hub : Iank-95160082)

Raih dan Rebutkan hadiahnya :
Juara I : Rp. 1.000.000,- + thropy, piagam & bingkisan
Juara I : Rp. 600.000,- + thropy, piagam & bingkisan
Juara III : Rp. 400.000,- + thropy, piagam & bingkisan
Harapan I : Thropy, piagam & bingkisan
Harapan II : Thropy, piagam & bingkisan
Harapan III : Thropy, piagam & bingkisan

Contack person :
Dewa / B'One Enterprise
0811-119476
Cholis 021-91839498

Organize by : B'One Enterprise

Senin, 18 Agustus 2008

Buletin Al-Washiyyah edisi Agustus 2008

Kolom

Mempunyai Nilai Tambah

M.S. Al-Kholid*

Apa maksudnya? Maksudnya begini: ketika
Anda hidup, hidup adalah nilai tambah. Ketika
semua orang hidup, hidup adalah nilai standard.
Demikian juga ketika kita jujur, jujur adalah nilai
tambah. Tetapi ketika semua orang jujur, jujur
adalah nilai standard.
Dalam hidup kita harus mempunyai nilai tambah
dibanding orang lain. Kita harus membuat
nilai tambah dari sesuatu yang tidak ada menjadi
ada.

Orang-orang yang terpilih (para miliarder--
kata Tung Desem Waringin) adalah orang yang
mempunyai nilai tambah dibanding orang lain.
Contoh, waktu melamar kerja menjadi editor di
penerbit, bersama saya ada lebih dari 25 orang
pelamar (padahal jatahnya hanya 2 orang). Dari
perbincangan mereka, para pelamar itu rata-rata
sudah berpengalaman menjadi editor di penerbit
atau majalah.

Kemampuan saya dalam hal editing standard,
karena hanya memahami sedikit2 tata bahasa
Indonesia. Tapi, punya nilai tambah yang biasanya
dibutuhkan di sebuah penerbitan—berkat
pengalaman waktu di MA. Kemampuan lain itu
adalah me-lay out buku (program page maker) dan
sedikit corel draw, serta photoshop.

Dan, ternyata saya diterima bekerja. Ini artinya
apa? Ketika saya bisa ngedit tulisan, itu adalah nilai
tambah. Tapi, ketika semua orang bisa ngedit,
ngedit adalah nilai standard.

Kembali lagi, apabila kita ingin berhasil dan
menjadi yang terpilih, selalu tanya ‘Apa Nilai
Tambah Saya?’.

*Sekolah MI, MTs, dan MA di Tarbiyatut Tholabah.
Mantan Pimred Mading Kharisma dan Majalah An-Nashihah-
Ketua Umum Wasiat 2008--2010)

lihat file buletin lebih lengkap:
Download di sini

Rabu, 13 Agustus 2008

Lomba Agustusan WASIAT

Sebagai upaya menyemarakkan HUT RI ke-63 dan mengakrabkan antaranggota, Pengurus Wadah Silaturrahmi Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji di Jakarta dan Sekitarnya (WASIAT) mengadakan Lomba-Lomba Agustusan 2008.

Acara ini akan dilaksanakan besok pada:
Hari/Tangal : Ahad, 17 Agustus 2008
Waktu : Pukul 07.00 WIB – selesai
Tempat : Graha Paramuda Ciputat Jakarta (Rumah Cak Ud)

Perlombaan yang diadakan antara lain:
1. Kepruk “Kendil”
2. Lari Membawa Kelereng di Sendok
3. Minum Air
4. Makan Bubur
5. Memasukkan Paku ke dalam Botol
6. Memasukkan Benang ke dalam Jarum
7. Makan Kerupuk
8. Menyumpit Kelereng
9. Memasukkan Air ke dalam Botol
10.Pokeran

Acara ini terbuka untuk seluruh anggota dan relasi WASIAT.
Partisipasi Anda sangat kami harapkan.

Informasi lebih lanjut:

Faiz (koord) : 08568129136
Sulthon : 085645258256

Kamis, 26 Juni 2008

Sewa Kontrak Base Camp

Sewa kontrak base camp Wasiat telah habis pertengahan bulan Juni 2008 ini. Saya sudah berusaha meminta bantuan ke Penasehat Wasiat sekaligus orang yang biasanya memberi bantuan untuk pengadaan base camp, Pak Taufikurrahman Saleh. Sekitar 2 minggu yang lalu saya bersama Neng Aniq mendatangi beliau ke gedng DPR. Sampai di sana ternyata kita sudah "ketelingsut". Beliau telah selesai istirahat dan harus segera melanjutkan sidang komisi II.

Kami pun kembali pulang. Neng Aniq akan berusaha menemui beliau di rumahnya. Namun, ternyata karena memang orang sibuk, nemui Pak Taufik tidak semudah menemui saya atau teman-teman base camp Wasiat lainnya. Tinggal datang ke base camp, insya Allah ketemu.

Saya berembuk bersama teman-teman penghuni base camp. Kami mencari solusi. Alhamdulillah, ketika saya bersama Faiz dan Purnawan menghadap pemilik kontrakan, ternyata biaya tidak naik. Beliau hanya meminta agar bayarnya tepat waktu dan lunas.

Awalnya, aku bingung sekali. Namun, ternyata teman2 benar2 mudah menyelesaikan masalah ini. Mereka sepakat untuk iuran tiap bulan sebesar 70 ribu/bulan, karena mereka tidak bisa diminta langsung banyak untuk membayar sekaligus. Masala pertama terpecahkan. Masalah selanjutnya, dari mana kita nyari duit buat "nalangi" terlebih dahulu uang base camp.

Hadi, anak dari Banjaranyar, yang kebetulan dekat dengan Pak H. Abdul Mu'thi, berinisiatif untuk meminjam uang dari Pak Mu'thi. Beliau yang punya duit banyak dan memang terkenal baik itu insya Allah mau memberi pinjaman. Akhirnya, 2 hari yang lalu, Hadi bersama salah seorang kawan datang ke rumah Pak Mu'thi untuk memohon pinjaman.

Alhamdulillah, beliau bersedia memberi pinjaman setengah dari jumlah total sewa base camp. Perjanjiannya, kami akan membayar hutang itu dengan cara mencicil tiap bulan. Yakni ketika teman2 membayar sebesar 70 ribu/orang. Alhamdulillah.... Terima kasih, ya Allah. Batinku. Sungguh, ini adalah tugas pertama yang sangat berat bagiku semenjak menjadi Ketua Umum Wasiat. Tugas inilah yang berhari-hari memusingkan kepalaku.

Alhamdulillah, sekali lagi. Puji syukur kepada-Mu, Ya Allah...!
Waktu resepsinya Anam Anshori, saya bertemu dengan Neng Aniq. Kami kembali memperbincangkan masalah kontrak base camp. Saya beritahu bahwa teman2 penghuni siap bayar 70 ribu/bulan untuk melunasi utangnya. Alhamdulillah, satu masalah kembali terpecahkan. Neng Aniq bersedia meminjamkan setengah dari jumlah uang sewa kontrak. Untuk pengembaliannya, dia minta ditransfer aja tiap bulan.

Alhamdulillah, Ya Allah....
Hanya kepada-Mu segala puji.
Hanya kepada-Mu syukur kami.
Mudahkanlah segara urusan kami.
Tunjukkanlah jalan terbaik untuk kami.
dan berikanlah kebaikan untuk kehidupan kami di dunia dan akhirat.
Bantulah dan balaslah mereka yang membantu kami dengan balasan dan nikmat yang lebih besar, lebih luas, dan lebih berkah.
Amin... (KHO)

Rabu, 25 Juni 2008

Situs Kranji Tidak Aktif Lagi

Situs pesantrenkranji.net tidak aktif lagi. Dua hari yang lalu saya mendapat kabar dari Admin situs bahwa situs kita itu sudah habis masa aktifnya dan belum sempat (atau memang belum ada) dikirim biaya perpanjangannya. Sebenarnya saya bermaksud memberikan biaya untuk itu, namun karena akhir bulan dan masih belum ada, saya minta tolong Admin untuk menggunakan uangnya terlebih dahulu. Nanti awal bulan saya ganti, janji saya padanya.

Eh, pada hari Senin siang (23/6/08), saya dengar kabar dari Ghucy bahwa situs kita itu sudah jadi situs porno. Pada hari itu saya memang tidak sempat ngecek pagi2 karena disibukkan oleh pekerjaan yang mesti diselesaikan. Ternyata, setelah saya cek, memang iya. Seketika itu saya kirim SMS ke Admin untuk memberitahukan kejadiannya. Dia bales SMS katanya memang sudah habis sejak tanggal 20 Juni kemarin. Kebetulan listrik di tempatnya lagi padam, jadi tidak bisa ngecek.

Dia kemudian berjanji akan mengurusi perpanjangannya. Semoga saja situs kita masih bisa diaktifkan kembali.

Hari kemudian, saya cek lagi dan Alhamdulillah sudah tidah berubah menjadi situs porno. Hanya saja, berubah menjadi sebagaimana situs yang tidak diaktifkan lagi. (KHO)

Selasa, 24 Juni 2008

Anam Anshori Mengakhiri Lajangnya

Ahad (22 Juni 2008)—Salah satu senior Wasiat, Anam Anshori, mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Marhaeni. Acara dilaksanakan di Ciputat, di kediaman keluarga pengantin putri.

Keluarga besar Wasiat bersama-sama ikut menghadiri dan menyukseskan acara tersebut. Pada malam harinya, sebagian anggota mengikuti khataman al-Qur’an di kediaman mempelai perempuan. Sedangkan pada pagi harinya, beberapa kawan Wasiat ikut membantu beres-beres dan mencuci piring kotor.

Sementara itu, anggota Wasiat lainnya ada juga yang nyumbang sebagai kameramen. Lia, yang pintar maen organ, bahkan didaulat memainkan beberapa lagu untuk mengiringi acara dan menghibur para tamu.

Selamat menempuh hidup baru. Semoga menjadi keluarga yang penuh mawaddah, rahmah, dan barakah. Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fi khoirin. (KHO)

Tim Wasiat Libas Tim Ushuluddin UIN

Tim Futsal Wasiat kembali bertanding. Setelah mengalami kekalahan telak dari HIMABI beberapa waktu yang lalu, tim ini mencari korban pelampiasan. Kali ini yang jadi korban adalah tim Ushuliddin dari UIN Syahid.

Pertandingan yang dilangsungkan di lapangan futsal Fireball, Kp. Utan, itu dimenangi oleh Wasiat dengan skor 9-7. Di awal-awal pertandingan, Wasiat mendominasi pertandingan. Bahkan skor yang mereka cetak pun jauh meninggalkan gol yang dilesakkan oleh tim Ushuluddin. Kemenangan itu membuat mereka agak terlena dan mengendurkan serangan. Akibatnya, tim Ushluddin pun membalas dan menyamakan kedudukan hingga 7-7. Melihat kondisi seperti itu, Tim Wasiat kembali bersemangat.

Akhirnya, Wasiat yang diperkuat oleh beberapa pemain senior semacam Dok Kor dan Brutus itu pun menyudahi permainan dengan skor akhir 9-7.

Jumat, 06 Juni 2008

TIM HADRAH “WASHIYYATUL MUSTHOFA”

TIM HADRAH

“WASHIYYATUL MUSTHOFA”


Penanggung Jawab:

Moh. Shorih Al Kholid (Ketua Umum Wasiat)


Dewan Pengarah:

H. Abdullah Mas’ud

Ahmad Millah Hasan

Moh. Nur Huda


Manager:

Hj. Durrotun Aniqoh


Wakil Manager:

Moh. Fathur Rozi

Pemain:

Abrohul Isnaini

Sirojul Umam

Farih Arisoni

Fathur Rozi

M. Fatih Taqiyuddin

Nafisul Qodar

Purnawan Eka

Maji’us Sulthon

Malihatus Safiyah

Umma Auliya’ul Hidayah

Malikul Faiz

Perlengkapan & Inventaris:

Purnawan Eka

Keuangan:

Abrohul Isnaini

Public Relation:

M. Fatih Taqiyuddin

TIM REDAKSI Buletin "Al-Washiyyah"

TIM REDAKSI

BULETIN "AL-WASHIYAH"

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab:

Ahmad Sugiono


Dewan Redaksi:

H. Abdullah Mas'ud

Ahmad Millah Hasan, S.Pd. I

Moh. Nur Huda, S. Sos.I

Widiono

Pemimpin Redaksi:

Ahmad Nafisul Qodar


Redaktur Pelaksana:

Malikul Faiz


Staf Redaksi:

Anas Dhiyaul Muqsith

Ana Fauziyah

Maya Danastri Suastifa

Misbahul Munir

Ahmad Samsul Arifin

Majius Sulthoni

Ahmad Mufarrih


Sekretaris Redaksi:

Syafiqotul Aimmah


Desain & Lay Out:

Abrohul Isnaini


Keuangan:

Arini Dina Yushofa


Sirkulasi:

Jumikan

Moh. Ridlwan

Purnawan Eka

Mansur Fadli

PERSONALIA PENGURUS WASIAT 2008-2010

PERSONALIA PENGURUS

WADAH SILATURRAHIM ALUMNI PP TARBIYATUT THOLABAH

KRANJI LAMONGAN (WASIAT) JAKARTA

MASA BAKTI 2008—2010

Penasehat:

1. KH. Moh. Nasrullah Baqir

2. KH. Prof. Dr. Moh. Tholhah Hasan

3. H. Taufikurrahman Saleh, SH., M. Si.

4. KH. Moh. Sufyan, Lc.

Pembina:

1. Ah. Rofi' Syamsuri, Lc.

2. Dr. Moh. Dja'far, M.Pd.

3. H. Abdul Mu'thi

4. H. Abdullah Mas'ud

5. Ahmad Millah Hasan, S.Pd. I

6. Moh. Nur Huda, S. Sos.I

Badan Pengurus Harian :

Ketua Umum : Moh. Shorih Al Kholid

Ketua I : Masyhari

Ketua II : Moh. Fathur Rozi

Sekretaris Umum : Moh. Dail Khoir

Sekretaris I : Malikul Faiz

Sekretaris I : Nur Rahmawati

Bendahara : Wafiyaul Husna

Wakil Bendahara : Moh. Khoiruddin

Departemen-Departemen:


A. Pengembangan Keilmuan dan Intelegensia:

1. Moh. Asy’ari (koord) 4. Annis

2. Maji’us Sulthoni 5. Umma Auliya’ul Hidayah

3. Mansur Fadli 6. Siti Syarifah Amini

B. Pengembangan Dana dan Usaha:

1. Moh. Fatih Taqiyuddin (koord) 4. Arini Dina Yushofa

2. Faishol Amir 5. Sri Wahyuni

3. Purnawan Eka 6. Zainal Fathoni

C. Komunikasi dan Informasi:

1. Ahmad Samsul Arifin (koord) 4. Yayuk

2. Ahmad Nafisul Qodar 5. Syafiqotul Aimmah

3. Nur Hasan 6. Eftyna Yulianti

D. Pengelolaan Base Camp:

1. Abrohul Isnaini (koord) 4. Farih Arisoni

2. Husnan Hadi 5. Ahmad Mufarrih

3. Misbahul Munir 6. M. Muhlas Haris Putra


Lembaga Semi Otonom:

A. Buletin “Al-Washiyyah”

1. Ahmad Sugiono (koord) 3. Ana Fauziyah

2. Anas Dhiyaul Muqsith 4. Maya Danastri Suastifa

B. Hadrah “Washiyatul Musthofa”

1. Hj. Durrotun Aniqoh (koord) 3. Sirojul Umam

2. Malihatus Safiyah 4. Fauzul Arif


TIM REDAKSI

BULETIN "AL-WASHIYAH"

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab:

Ahmad Sugiono

Dewan Redaksi:

H. Abdullah Mas'ud

Ahmad Millah Hasan, S.Pd. I

Moh. Nur Huda, S. Sos.I

Widiono

Pemimpin Redaksi:

Ahmad Nafisul Qodar

Redaktur Pelaksana:

Malikul Faiz

Staf Redaksi:

Anas Dhiyaul Muqsith

Ana Fauziyah

Maya Danastri Suastifa

Misbahul Munir

Ahmad Samsul Arifin

Majius Sulthoni

Ahmad Mufarrih

Sekretaris Redaksi:

Syafiqotul Aimmah

Desain & Lay Out:

Abrohul Isnaini

Keuangan:

Arini Dina Yushofa

Sirkulasi:

Jumikan

Moh. Ridlwan

Purnawan Eka

Mansur Fadli

TIM HADRAH

“WASHIYYATUL MUSTHOFA”

Penanggung Jawab:

Moh. Shorih Al Kholid (Ketua Umum Wasiat)

Dewan Pengarah:

H. Abdullah Mas’ud

Ahmad Millah Hasan

Moh. Nur Huda

General Manager:

Hj. Durrotun Aniqoh

Manager:

Moh. Fathur Rozi

Pemain:

Abrohul Isnaini

Sirojul Umam

Farih Arisoni

Fathur Rozi

M. Fatih Taqiyuddin

Nafisul Qodar

Purnawan Eka

Maji’us Sulthon

Malihatus Safiyah

Umma Auliya’ul Hidayah

Malikul Faiz

Perlengkapan & Inventaris:

Purnawan Eka

Keuangan:

Abrohul Isnaini

Public Relation:

M. Fatih Taqiyuddin

Kado Kurang Mentyenagkan untuk Ketua Baru Wasiat

Seminggu setelah terpilih sebagai ketua umum Wasiat, Moh. Shorih Al Kholid, mendapat kado kurang menyenangkan. Tim futsal WASIAT FC mengalami kekalahan telak dari organisasi alumni Darul Ulum Tambak Beras, Jombang (HIMABI). Dalam pertandingan yang digelar di lapangan Fireball, Kampung Utan, Ciputat (1/5/2008), Wasiat FC harus mengakui keunggulan HIMABI dengan skor 9-3.

Sejak awal pertandingan, tampak sekali tim Wasiat bermain sangat hati-hati dan kurang tenang, sehingga mereka banyak melakukan kesalahan sendiri. Beberapa umpan pun mudah dipatahkan oleh lawan. Terobosan-terobosan yang biasa dilakukan juga tidak tampak dalam pertadingan tersebut.

Dengan tim yang hampir sama dengan ketika mengalahkan alumni Denanyar, Wasiat FC sebenarnya bisa mengimbangi permainan HIMABI. Namun, absennya striker “Ogie” Sugiono yang sibuk mengurusi kegiatan BEM di kampus UIN, barisan depan Wasiat menjadi mandul. Hal itu tampak jelas dengan gagalnya beberapa peluang yang dimiliki berbuah gol. Wasiat FC benar-benar kehilangan Sugiono yang dalam pertandingan sebelumnya menjadi top skorer.

Dalam pertandingan tersebut, tiga gol Wasiat FC dicetak oleh Hadi, Zaenal, dan Siswanto (Poker@yo) yang kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta.

Tim Wasiat FC:

Abrohul, Zaenal, Hadi, Misbah, Siswanto, Moh. Dail Khoir, dan Khaled.

Senin, 02 Juni 2008

Moh. Shorih Al Kholid; Ketua Umum Wasiat 2008-2010

Bogor--Moh. Shorih Al Kholid akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah di Jakarta (WASIAT) masa bakti 2008-2010. Dalam acara Musyawarah Besar II (MUBES II) yang dilaksanakan di villa Puncak, Bogor, Khaled mengungguli perolehan suara 3 calon lainnya, Moh. Nur Huda, Masyhari, dan Samsul Arifin.

Tahap pemilihan Ketua Wasiat, diawali dengan pencalonan. Tiap-tiap peserta Mubes berhak mengajukan 2 nama yang sebagai calon Ketua Umum. Dalam tahap ini, terdapat empat nama yang meempati 3 besar; Moh. Shorih Al Kholid memperoleh 26 suara, Moh. Nur Huda 6 suara, Masyhari 4 suara, dan Samsul Arifin 4 suara.

Tahap berikutnya adalah pernyataan kesediaan secara lisan dari masing-masing bakal calon untuk maju. Kesempatan pertama diberikan kepada Masyhari yang tidak menyatakan secara pasti kesediaannya. Khaled yang mendapat suara tertinggi, berharap yang terpilih sebagai Ketua Umum adalah orang terbaik dan karena ada Moh. Nur Huda--juga Ketua Umum sebelumnya--yang dianggapnya lebih baik darinya, dia berharap para pendukungnya untuk mengalihkan suara bagi Rekan Nur Huda. Adapun calon yang lain, tidak menyatakan secara pasti kesediaan atau penolakan untuk dicalonkan.

Karena belum ada calon yang mau pasti menyatakan kesediaannya, maka setiap calon ditanya oleh pemimpin sidang, Moh. Taqiyuddin, untuk menjawab; "Siap" atau "Tidak Siap". Pertanyaan kesediaan disampaikan kepada Khaled yang mendapat suara terbanyak. Dengan tegas, dia menjawab, "Bismillah, saya siap." Moh. Nur Huda mendapat giliran berikutnya, dengan tegas pula dia menyatakan, "Demi regerasi, saya tidak siap dicalonkan kembali." Sementara Masyhari dan Aripin juga menyatakan ketidaksiapannya karena ada yang lebih baik.

Akhirnya, karena hanya ada satu bakal calon yang bersedia dicalonkan, maka pimpinan sidang menyatakan, secara otomatis Moh. Shorih Al Kholid terpilih menjadi Ketua Umum Wasiat Terpilih untuk masa bakti 2008-2010. Dan tahap pemilihan berikutnya pun ditiadakan. Penetapan Khaled sebagai Ketua Umum disambut tepuk tangan dari peserta MUBES II WASIAT.

Selamat dan Sukses, semoga bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

Blog Archive

Popular Posts