web 2.0

Rabu, 30 April 2008

Pantai Tanjung Kodok

Hanya berjarak 100 m sebelah utara gua maharani terdapat pantai yang indah yang bernama Tanjung Kodok yang kini sudah dikembangkan menjadi Wisata Bahari Lamongan (WBL). Karena tempatnya yang strategis maka komplek ini pernah digunakan NASA untuk meneliti gerhana matahari total pada th 1983. Di tempat itu juga terdapat menara rukyat untuk menetapkan kepastian memasuki bulan suci Romadlon dan Idhul Fitri.




Wisata Bahari Lamongan





Merupakan pengembangan dari obyek wisata Tanjung Kodok dan Goa Magarani. Kawasan WBL menempati area seluas ± 17 ha. Di tempat wisata laut ini berbagai fasilitas disediakan mulai sarana dari bermain anak, kolam renang air tawar dan air laut, arena ketangkasan, resort, sea food restaurant, food court, area wisata walisongo, barak penginapan, tempat ibadah (masjid) dan fasilitas lain yang disediakan untuk memanjakan dan membuat pengunjung senyaman mungkin dan berekreasi dan berlibur bersama keluarga. Disebelah WBL juga tersedia Tanjung Kodok Beach Resort yang dilengkapi berbagai fasilitas diantaranya Hotel, Cottage, Paviliun, Restoran, Dll.



Selasa, 29 April 2008

Waduk Gondang Lamongan

Waduk yang terletak 19 Km kearah barat Lamongan. Tepatnya di desa Gondang Lor dan Deket Agung Kecamatan Sugio. Untuk menuju lokasi ini selain dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dapat juga menggunakan angkutan umum dari Lamongan menuju Gondang. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Suharto tahun 1987. waduk ini memiliki luas 6,60 Ha dengan kedalaman sekitar 29 meter. Tidak jauh dari lokasi waduk terdapat makam Dewi Sekardadu, putrid Blambangan istri Kanjeng Maulana Iskak yang juga disebut Mbok Rondo Gondang merupakan ibu Jaka Samudra atau Sunan Giri. Ditemukan tahun 1911 dan dipugar tahun 1917 oleh pemerintah .

Gua Maharani

Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak di dekat pantai kurang lebih 500 m dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban tepatnya di kecamatan Paciran Lamongan. Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT.Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih hidup karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth dan Carlsbad di . Gua yang menyimpan sejuta keindahan ini berada dikedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2.

Goa Istana Maharani menyimpan ke­indahan alam lebih spesifik, memi­Iiki keindahan di atas rata - rata goa wisata di Indonesia. Bahkan komentar beberapa ahli pergoaan, wartawan dan wisatawan, menilai goa ini memiliki kesejajaran dengan goa - goa wisata terkenal di Luar negeri seperti Goa Altamira di Spanyol, Goa Mammoth dan Carlsbad di' Amerika Serikat serta Goa Coranche di Perancis.

Menurut penelitian DR. K.R.T. Khoo, ahli pergoaan internasional dari Yayasan Speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalagmit di goa Istana Maharani masih "hidup"dan terus tumbuh. Pertumbuhannya mencapai kurang lebih 1 Cm per sepuluh tahun, agar kelestariannya tetap terjaga.

Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam goa dapat meman­carkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Daerah Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona disamping Tanjung Kodok dan situs purbakala Makam Sunan Drajat. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone pera­lihan dan zone inti, lokasi goa ini 100 m ketimur dari Tanjung Kodok.

Istana Maharani, demikian goa ini dinamakan oleh Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya. Goa Istana Mahara­ni ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan phosphat dan pupuk dolomit yaitu Sugeng dan kawan - kawan dengan mandor Nyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah. Nama maharani lahir dari mimpinya istri Nyoto. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga­ - bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualkan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk goa yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko.

Di dalam Goa memang terdapat stalaktit - stalagmit yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna,.. yang sangat indah bersinar - sinar seperti mutu manikam intan baiduri. Dari tetesan air bebatuan gamping yang menyerupai karang sejak jutaan tahun yang lalu secara alami endapannya mengkristal membentuk berbagai perwu­judan yang sangat mengagumkan. Sungguh merupakan keajaiban dunia tanda Kebe­saran Tuhan.

Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut Lingga Pratala (me­nyerupai alat vital laki - laki), Yoni Pratiwi (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.

Menurut cerita mimpi setelah semedhi beberapa penduduk, didalam goa sering terlihat puteri cantik seperti Roro Ayu Mantili dari kerajaan fiksi Madangkara diiring dua dayang dan punggawa. Namun melihat struktur dan berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit didalam goa ada yang melukiskan seperti Keraton Kiskendo.

Memang apabila wisatawan termenung sebentar tentang keajaiban alam yang terpatung karikatural dalam goa, berba­gai imajinasi luar biasa akan bermuncu­Ian sehingga mendorong orang untuk selalu berkunjung kembali ke goa Istana Maharani.

Lokasi wisata ini berhadapan dengan WBL terletak di seberang jalan.

Senin, 28 April 2008

Penggalangan Dana

Wasiat membuka donasi dari para dermawan dan dermawati untuk menyalurkan bantuannya bagi acara Musyawarah Besar WASIAT (MUBES II) pada bulan Mei 2008 mendatang.

Rabu, 23 April 2008

Yang Sesat dan Yang Ngamuk

Oleh A. Mustofa Bisri

Karena melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang ditayangkan TV itu adalah orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya, mereka seperti kalap. Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan berita sejak awal, mereka itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan sesat oleh MUI.

Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang -yang dinyatakan- sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat- menempelenginya. Aneh dan lucu.

Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah SAW.

Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam -yang mengaku pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil ’aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat "Ya ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al- aayah" (Q. 5: 8). Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.

Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad SAW atau membaca firman Allah kepada beliau, "Fabimaa rahmatin minaLlahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika… al-aayah" (Q. 3: 159). Artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…"

Tak Mengerti

Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti dicontoh-ajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).

Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa- tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.

Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.

Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?

Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…

KH A. Mustofa Bisri, pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang

Selasa, 22 April 2008

Ke Jakarta Naik Apa? (bagian 2)

Alternatif 2:

Bagi yang budget-nya agak banyak dan suka naik kereta api, Kereta Api Bisnis Gumarang bisa jadi pilihan. Ongkosnya jauh lebih besar daripada kalau naik Kertajaya, yakni 130 ribu kalau hari biasa. Kalau hari libur bisa naik menjadi 180 ribu.

Bagaimana caranya?
Pertama, sampean ke Stasiun Turi, Surabaya. Usahakan sampai di stasiun sebelum kereta berangkat. Keberangkatan kereta pada pukul 17.00 WIB. Kemudian beli tiket di loket. Loketnya tidak sama dengan loket kereta ekonomi. Ada tempat khusus untuk menjual tiket bisnis dan eksekutif. Bedanya lagi dengan tiket ekonomi Kertajaya, tiket kelas bisnis dan eksekutif bisa dipesan 30 hari sebelum keberangkatan dan ukurannya lebih besar dan lebar.

Selain lewat Stasiun Turi, Anda juga bisa memilih naik lewat stasiun Dapur, Lamongan yang jaraknya lebih dekat dari Pondok Kranji. Untuk menuju ke Stasiun Dapur, Anda bisa naik angkot merah di Telon Banjaranyar jurusan pertigaan Semlaran. Tiba di Semlaran, Anda bisa naik bis jurusan Surabaya dan minta turun di Stasiun Dapur. Ongkosnya kalau dulu sih 2 ribu.

Di St. Dapur ini, Kereta berangkat pukul 18.00 WIB karena menunggu kedatangannya dari stasiun pemberangkatan pertama, yakni Stasiun Turi.

Setelah itu, nikmati saja perjalanan Anda di atas kursi yang tentu saja lebih empuk dan lebih nyaman dibandingkan kursi Kertajaya. Ada lagi, Kereta Gumarang tidak sesesak dan sekacau kereta Kertajaya.

Biasanya, kereta tiba sekitar pukul 07.00 WIB. Bukan di St. Senen, tapi di St. Gambir. Stasiun ini merupakan ‘stasiunnya’ kereta-kereta bagus (bisnis dan eksekutif). Dan kebalikan dari St. Senen.

Di St. Gambir, Anda akan melihat Tugu Monas yang terkenal itu, karena jaraknya memang berdekatan. Bahkan, hanya dibatasi pagar pemisah. Setelah itu, untuk menuju ke Ciputat/Buncit, Anda bisa naik bis kopaja P.20 jurusan Terminal Lebak Bulus. Selanjutnya? Lakukan seperti yang sudah saya jelaskan pada bagian pertama.

Sampai ketemu di alternatif 3

Ke Jakarta Naik Apa? (1)

Mau ke Jakarta? Bingung?
Berikut ini ada beberapa alternatif yang bisa jadi masukan.

Alternatif 1:
Ini adalah pilihan bagi yang budget-nya minim. hemat, murah, tapi tetep bisa nyampe Jakarta dengan selamat.
Naik Kereta Api Ekonomi Kertajaya.

caranya:
kalau dari Pondok Kranji, kamu bisa naik bis Armada Sakti jurusan Terminal Osowilangun. ongkosnya dulu sich 8 ribuan. ga tau sekarang, aku sudah lama ga lewat Surabaya.
Sampai di Terminal Osowilangun, cari angkot warna kuning jurusan stasiun Turi, Surabaya. Stasiun ini letaknya di dekat Pasar Turi, tapi masih jalan sekitar 100 meter. Dulu, ongkos angkot ini 2000, sekarang pascakenaikan BBM ini, aku kurang tahu. Bilang aja turun di Pasar Turi.
nah, sampai di Pasar Turi, menyeberanglah dan jalan kaki (atau kalau mau becak) ke arah Stasiun.

Sampai di stasiun, antrilah di loket. harga tiket untuk jurusan jakarta adalah 47.000 rupiah. setelah bayar, cek kembai tulisan yang tertera di tiket kereta api. biasanya ukuran tiket mungil sekali. Lihat nomor gerbong dan tempat duduk kamu. juga tanggal tiket, apa sudah sesuai dengan hari itu.

setelah itu, masuklah ke area stasiun. cari tempat duduk untuk menunggu jam keberangkatan kereta. Untuk kereta Api Kertajaya, jadwal keberangkatannya adalah pukul 16.00 WIB. Apabila kereta sudah terlihat, segera masuk dan duduk di nomor duduk kamu sesuai dengan yang tertara di tiket.

Nikmati perjalanan semalaman di kereta.
Anda bisa memanfaatkan dengan membaca buku, makan cemilan, ngobrol dengan kawan di samping ataupun tidur (dan inilah yang paling banyak dilakukan orang). tapi, harus tetap waspada dengan barang bawaan, tas, dompet, maupun barang berharga lainnya.

Biasanya, kereta sampai di Jakarta, tepatnya di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 07.00 WIB. Kamu bisa langsung keluar stasiun. bila ada petugas di pintu keluar yang meminta tiket, berikan saja.

setelah itu, tanya orang (paling aman, tanya satpam/polisi) di mana terminal Senen. Anda akan ditunjukkan. jaraknya tidak jauh kok. Anda bisa jalan kaki ke sana.
Di Terminal, untuk menuju Ciputat (bagi yang hendak kuliah di UIN atau ke base camp Wasiat), ada dua alternatif bis. yang pertama bis AC nomor 76 (jur. Ciputat-Senen). dengan naik bis ini, anda bisa langsung turun di depan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. ongkosnya 5000 rupiah. atau kalau pingin yang lebih murah, naik P.20 jurusan Terminal Lebak Bulus (ongkosnya 2000 rupiah) kemudian nyambung lagi naik angkot nomor D.01 atau D.02 jurusan Ciputat, ongkos juga 2000 rupiah. Minta turun di UIN.

Sesampainya di UIN, Anda bisa hubungi salah satu teman Wasiat. Atau kalau gak ada hubungi aja nomor saya 085646252020.
demikian semoga bermanfaat.

Biar ga terlalu panjang, alternatif berikutnya akan saya tulis di file lain.

Senin, 21 April 2008

Ragunan, Wisata Pilihan Anak Lipia

Bagi teman-teman yang kuliah di LIPIA, Kebun Binatang Ragunan adalah tempat rekreasi yang asyik dan murah. Letaknya yang cukup dekat, membuatnya bisa dijangkau dengan mudah. (Kalau mau sekalian olahraga, ya lari-lari. kalau ga mau capek, ya naik mobil). Tapi, jangan khawatir jika Anda memilih lari, karena Anda akan menemukan banyak kawan yang melakukan aktivitas yang sama.

Biasanya, setiap hari minggu pagi, warga Jakarta yang rumahnya berada di sekitar lokasi Kebun Binatang Ragunan berbondong-bondong jogging. Ada yang sengaja berolahraga--lengkap dengan kostum olahraganya dan membawa bola atau raket, ada pula yang sengaja cuci mata, atau belanja.

Jika berangkat pagi-pagi sekali, dan anda pengen masuk lokasi kebun binatang, biasanya Anda tidak perlu bayar. mungkin, petugas yang jaga masih belum bangun... hehehe...
atau kalau ga pengen masuk, Anda juga bisa jalan-jalan di komplek olahraga Ragunan. di sana suasana juga ramai dengan para "olahragawan/olahragawati".
Selain itu, keadaan ramai ini tak ayal juga mengundang para penjual dadakan. Mereka menggelar pasar kaget. Aneka barang kebutuhan sehari-hari dijual dengan harga sangat miring, apalagi jika lihai menawar.

Karena itulah, banyak pula warga sekitar yang memanfaatkan kesempatan hari minggu pagi ini sekaligus untuk berbelanja.

Ngekose Anak Wasiat

Anak Wasiat, khususnya yang tinggal di sekitar UIN, mayoritas kosan mereka terfokus di base Camp WASIAT. Base camp yang dikontrak senilai 4.5 juta/tahun itu dihuni oleh 8 anak. Sebagai 'kepala suku' di base camp adalah M. Agus Saifuddin yang merupakan anggota Wasiat tertua di antara penghuni lainnya yang kebanyakan adalah anak yang baru masuk tahun 2007 ini.

Selain itu, ada pula yang tinggal di dekat Musholla (masih satu gang dengan base camp Wasiat) yaitu Ahmad Sugiono, Mufarrih, dan Moh. Dail Khoir. Mereka menyewa kontrakan satu kamar (kamar mandi di dalam) berukuran kira-kira 3x6 meter. Jarak kosan mereka sekitar 15 meter dari base camp.

Kelompok ketiga adalah keluarga Ahmad Millah Hasan. Kosan ini juga berdekatan dengan base camp. Kak Millah, begitu panggilan akrabnya, menyewa satu rumah dengan 3 kamar seharga 11 juta/tahun. Di sini, kak Millah tinggal bersama istri, anaknya, adiknya (Rozi), dan Udien.

Selain itu, masih ada pula keluarga H. Abdullah Mas'ud. Cak Ud membeli sebuah rumah toko yang terdiri dari 2 tingkat. dia tinggal di sini bersama adiknya, Lathifatus Sun'iyah, dan 'pembantu rumah tangga' Moh. Asy'ari. Selain sebagai tempat hunian, rumah Cak Ud ini juga difungsikan sebagai tempat usaha penerbitan Penerbit Cendekia Muda yang didirikannya.

Ada pula Moh. Shorih Al Kholid yang tinggal sendirian dalam kamar berukuran 3x3 meter. Dia menyewa sendirian kamar tersebut seharga 150 ribu/bulan. Kamar ini terhitung murah karena kamar mandi ada di luar; yakni satu kamar 'dikeroyok' oleh 6 kamar yang masing-masing diisi satu orang. Kosan Khaled ini letaknya juga berdekatan dengan Base Camp, sekitar 40 meter dari base camp. masih satu gang juga.

Sementara itu, Moh, Nur Huda, Ketum Wasiat, tinggal di tempat yang lumayan jauh dari kampus juga jauh dari base camp. Dia ngekos bersama kawan-kawannya yang juga dari Jawa Timur, tapi bukan anggota Wasiat.

Rencana Acara MUBES WASIAT

Berdasarkan hasil rapat Panitia Pelaksana Musyawarah Besar Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah Kranji di Jakarta (WASIAT Jakarta), diumumkan bahwa pelaksanaan MUBES Wasiat akan dilaksanakan pada tanggal 17-18 Mei 2008 di Villa Puncak, Bogor.

Untuk mendukung acara dan demi kesuksesan acara tersebut, seluruh anggota Wasiat diminta sumbangan uang sebesar 15 ribu/anggota.

Demikian pengumuman ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Jumat, 18 April 2008

Selamat Jalan Pak Qomar

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah kembali berduka. H. Qomaruddin Mahmud, Ketua Yayasan Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran meninggal dunia hari ini, Jumat (18/04/2008) pada jam 14.15 WIB. Almarhum meninggal dunia disebabkan serangan jantung.

Selama hidupnya, Almarhum dikenal sebagai pribadi yang tawadhu’, sabar, dan sederhana. Sebelum mengemban amaat sebagai Ketua Yayasan, beliau juga pernah menjadi Kepala Sekolah MA TABAH dan Kepala TPQ Tarbiyatut Tholabah.

Semoga amal kebaikan beliau diterima dan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT dan diampuni kesalahan-kesalahannya. Allahumma ighfir lahu war hamhu wa 'afi wa'fu anhu. allahumma laa tahrimna ajrahu wala taftinna ba'dahu.

Kamis, 17 April 2008

Situ Gintung: Pelepas Kepenatan Kuliah

Yang Namanya Situ, ya seperti danau. Begitu pula dengan Situ Gintung. Letaknya di Ciputat, tepatnya di belakang gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dekat dengan Base Camp Wasiat.

Tempat ini, bisa menjadi solusi mudah dan murah bagi kawan-kawan yang hendak berlibur tapi terkendala dana. Selain tempatnya yang dekat dan bisa dijangkau dengan jalan kaki, tiketnya pun tidak mahal. Anda cukup membayar 3000 rupiah sekali masuk.

di dalam kawasan situ gintung, Anda dapat duduk nyaman di dangau (gubuk) yang terletak di pinggir danau sambil menikmati pemandangan 'air' yang menyegarkan. selain itu, juga terdapat beberapa alat permainan macam sebagai sarana refreshing seperti ayunan.

Udara yang segar, karena banyak pohon besar yang tumbuh, membuat Anda akan nyaman duduk bersantai sambil membaca buku kuliah di sini. itung-itung rekreasi sambil belajar. hehehe...

tempat ini juga juga sering dijadikan sebagai tempat rapat atau kegiatan beberapa organisasi mahasiswa UIN. bahkan, Wasiat pun kerap mengadakan acaranya di sini. asyik khan, rapat di alam terbuka seperti itu.

Rabu, 16 April 2008

Wasiat Angkatan 2007 yang Bersemangat

Kawan-kawan angkatan termuda Wasiat (angkatan 2007) yang dimotori oleh Nafis (payaman) membuat gebrakan. Mereka membuat forum yang anggotanya terdiri dari anak-anak Wasiat yang masuk ke Jakarta pada tahun 2007.

sebagai langkah awal, mereka mengadakan tasyakuran sekaligus launching Forum (Selasa, 15 April 2008). Bertempat di kosan Ahmad Millah Hasan, gang Bungur Ciputat, para 'junior' itu mengundang anggota Wasiat lainnya (senior).

menurut rencana, ada beberapa program yang akan mereka dilaksanakan oleh Forum tersebut, antara lain: arisan bulanan, diskusi mingguan, dan lain-lain.

acara pada malam hari itu (pukul 20.00-21.00 WIB) itu, hadir seluruh anggota Forum dan beberapa anggota Wasiat senior di antaranya: Moh. Shorih Al Kholid (Sekretaris Umum Wasiat), Moh. Dail Khoir (Sekretaris Wasiat), Moh. Masykur (Koor Bidang), dan lain-lain. Sementara anggota lainnya berhalangan hadir disebabkan urusan masing-masing.

sementara itu, Moh. Shorih Al Kholid, yang kebagian memberi 'ceramah' menyampaikan dukungan dan apresiasi sebesar-besarnya atas gerakan ini.

"Ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah Wasiat jika menilik alumni-alumni sebelumnya. Bisa dikatakan, sebelumnya tidak ada angkatan yang membuat forum semacam ini. apalagi membuat kegiatan ini begitu terencana layaknya sebuah organisasi," tutur Khaled dalam sambutannya.

"Saya pikir, ini adalah langkah dewasa dari teman-teman muda meskipun masih terbilang baru di Jakarta. Ke depan, kami berharap rencana yang disepakati dapat dilaksanakan dan dijalankan dengan sungguh-sungguh dan seserius mungkin," lanjut Khaled mengakhiri 'petuahnya'.

Selasa, 15 April 2008

Beasiswa di LIPIA

Bagi sahabat-sahabat yang ingin kuliah, namun kesulitan dalam hal pembiayaan, ada salah satu solusi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) adalah salah satu solusi. Bisa dibilang, hampir semua alumni Tarbiyatut Tholabah yang masuk di LIPIA adalah mereka yang memang pingin kuliah tapi terkendala biaya. (termasuk saya. hehehe...)

Mengapa LIPIA menjadi solusi?
salah satunya karena LIPIA memberikan beasiswa penuh bagi SELURUH mahasiswa/i yang masuk dan diterima setelah lolos seleksi. selain beasiswa gratis kuliah, LIPIA juga memberikan uang saku bulan bagi SELURUH mahasiswa/i sebesar 100 riyal (sekitar 250 ribu/bulan) untuk tingkat I'dad Lughawy dan 200 riyal untuk tingkat Takmily, Diploma, dan Syariah.

tidak hanya itu, LIPIA juga memberikan fasilitas asrama gratis. hanya saja, kapasitas asrama yang terbatas membuat siswa harus bersaing dengan yang lain. tapi jangan khawatir, biasanya mahasiswa baru (I'dad) akan diprioritaskan untuk bisa menempati asrama.

fasilitas di asrama juga bisa dibilang cukup. penghuni mendapatkan satu kasur setiap orang, almari, dan beberapa kegiatan yang bisa membantu kemampuan mahasiswa. di antara kegiatan itu adalah; bimbingan hafalan Alquran, diskusi, ngaji kitab bersama ustadz-ustadz, dan lain-lain.

selain itu, setiap mahasiswa juga akan mendapatkan buku pegangan kuliah. termasuk juga kitab-kitab gede berbahasa Arab yang kalau kita akan eman membelinya karena pertimbangan harga. juga ada dokter yang selalu setia memeriksa dan memberi anda obat. lagi-lagi gratis!!! tidak ada yang bayar. ini sungguhan. tidak bercanda.

bagi yang gemar berolahraga, di Asrama juga ada lapangan untuk maen sepak bola, bulu tangkis, dan voli. jadi, selain menyehatkan rohani anda, di Lipia juga menyehatkan fisik Anda.

dosen-dosen yang mengajar adalah para pakar di bidang masing-masing. mereka antara lain berasal dari Arab SAudi, Mesir, Sudan, Syiria, dan beberapa dosen dari Indonesia yang kapabilitasnya tidak diragukan lagi.

perkuliahan berlangsung setiap hari dari jam 07.00 -- 12.00 WIB. dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar karena memang buku pegangannya juga berbahasa Arab.

Rapat Panitia MUBES

Ahad, 13 April 2008--Panitia Pelakana Musyawarah Besar Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah (MUBES II) mengadakan rapat perdana di Base Camp Wasiat di gg. Bungur Ciputat.

rapat yang dipimpin langsung Ketua Panitia, Moh. Arifin (Sambeng), itu dimulai sejak pukul 13.00 hingga sore hari. agenda rapat kali ini adalah pembagian Job discription masing-masing panitia.

Selasa, 08 April 2008

Drs. Moh. Dja’far Hasan, MM. (bag. 2)

Pindah Ke Jakarta

Prestasi Dj’afar makin pun meningkat. Kemudian dia dikirim ke Bandung. Setelah itu dia dipindahkan ke ke Sumatera untuk menyelesaikan proyek pembangunan stasiun di sana. Selesai di Sumatera, ia harus berpindah lagi ke Ibukota untuk proek pembangunan Instalasi Kereta Api Listrik (KRL) Jabotabek.

Sekitar setahun lamanya, pekerjaan sebagai konsultan Perusahaan Kereta Api dijalankannya dengan baik dan sungguh-sungguh. Namun, karena beberapa hal yang kurang sreg dengan nuraninya, dia memutuskan keluar.

Lewat seorang teman, Dja’far ditawari masuk Lembaga Pendidikan Al-Azhar, Jakarta, yang membutuhkan tenaga pengajar. “Lagi-lagi karena kolega, saya mendapatkan pekerjaan ini,” ujarnya seakan mengingatkan pentingnya teman dalam kelanjutan karier seseorang.

Dari pekerjaan mengajar waktu itu, Dja’far digaji Cuma 87 ribu/bulan. Jika dipotong uang kos yang 75 ribu/bulan, betapa minim penghasilannya bila dibandingkan dengan pekerjaannya sebelumnya. Akan tetapi, profesi mengajar ini dijalankannya dengan sungguh-sungguh. Apalagi ia seperti dipertemukan kembali dengan dunianya. Dalam pikiran Dja’far saat itu hanyalah bagaimana mengamalkan apa yang dia miliki dan ketahui. Tidak lagi dia memikirkan gaji yang diterima. Dia berkeyakinan, jika dia mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang berkualitas dan setelah itu barulah orang lain yang akan melihatnya. Beliau mengutip firman Allah SWT: “Dan berbuatlah, niscaya Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman akan melihatnya.”

Saat ini, di Al-Azhar, Dja’far menduduki jabatan sebagai Kepala Sub Perencanaan Pengembangan Pegawai, yang bertugas merekrut pegawai, mengembangkan SDM pegawai, dan menata karier pegawai.

Di samping itu, kesibukannya yang lain adalah sebagai trainer dan konsultan pada berbagai proyek di beberapa departemen Pemerintah. Menulis juga menjadi salah satu aktivitas sampingan beliau. Walaupun belum ada yang diterbitkan dalam bentuk buku, beberapa naskahnya bahkan telah difilmkan. Di antaranya adalah skenario yang difilmkan oleh Organisasi Buruh Dunia (ILO) sebagai bahan training bagi para buruh. Beberapa naskah lainnya juga pernah difilmkan oleh Depnaker dan Kepolisian sebagai bahan pelatihan kepegawaian di departemen masing-masing. Pernah pula beliau merancang kurikulum pelatihan untuk kepala sekolah.

Kini, sejumlah obsesi masih menggantung di benak Dja’far. Pendidik yang tinggal di Depok ini berharap suatu saat ia dapat menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak kurang mampu. Sekolah berkualitas tanpa dipungut biaya. (Yamboo)

(tulisan ini pernah dimuat di buletin Al-Washiyyah edisi April 2006)

Drs. Moh. Dja’far Hasan, MM.

Belajar dan Bekerja Sungguh-sungguh dan Perbanyak Kolega

Sejak kecil, pria yang menempuh pendidikan tingkat MTs dan MA (dulu PGA 6 tahun) di Tarbiyatut Tholabah ini memang punya minat besar pada yang namanya belajar. Baginya, minat belajar tidak boleh berhenti sampai kapan pun dan di mana pun. Sekolah haruslah menjadi kegiatan utamanya. Belajar tidak terbatas pada apa yang didapat di bangku sekolah.

Mengapa? “Karena apa yang didapat di bangku sekolah hanyalah sekadar bahan. Kita harus bisa mengembangkan bahan tersebut dengan banyak menggali dari apa-apa yang ada di sekitar kita. Selain itu, aktivitas belajar juga bisa dilakukan dari siapa pun dengan banyak bergaul. Orang yang ingin sukses, harus banyak menambah (ilmu) dan banyak bergaul,” beber Pak Dja’far mantap ketika ditemui Al-Washiyyah.

Awalnya, selepas PGA 6 tahun, Dja’far berkeinginan masuk jurusan ekonomi. Namun, keterbatasan kemampuannya saat itu membuat ia harus menerima kenyataan tidak diterima di jurusan impian tersebut. Saat itulah abangnya yang mengetahui bakat Dja’far di bidang belajar-mengajar, menyarankan untuk masuk di IKIP Surabaya. Saran tersebut diterimanya begitu saja. Ternyata setelah masuk kuliah, barulah dia merasakan asyiknya. Bahkan, baru di semester awal, beliau sudah aktif nyambi mengajar di tiga sekolah. Pada masa kuliah itu pula, beliau telah menjabat sebagai wakil kepala sekolah di salah satu SMP di Surabaya.

Lulus kuliah, Dja’far ingin mencari tantangan lain. Tanpa sungkan, dia memohon kepada salah seorang dosen yang kenal akrab dengannya untuk dicarikan pekerjaan. Dia ditawari untuk menjadi konsultan di perusahaan Kereta Api di Madiun. Pekerjaan tersebut diterima dan dijalankannya dengan sungguh-sungguh. Pada awal mula bekerja, sempat muncul perasaan kurang puas dengan profesinya saat itu. Atas dorongan sang Dosen, Dja’far bertahan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.

Senin, 07 April 2008

Membangun 250 Masjid/Hari dengan Berhenti Merokok

Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Fuada Baradja, memberikan ilustrasi yang cukup mencengangkan terkait roko. Ternyata, jika umat Islam dalam sehari tak merokok, mereka bisa membangun 250 masjid dengan dana 1 miliar per-masjid.

Jumlah perokok di Indonesia mencapai 77 juta orang. Jika persentase umat Islam sekitar 80% maka jumlah Muslim yang merokok sekitar 50 juta orang. Kalau mereka merokok seharga 5000, maka biaya rokok umat Islam di Indonesia dalam sehari adalah 250 miliar. Dengan dana ini, papar Fuad, umat Islam bisa membangun 250 masjid mewah senilai 1 miliar per masjid. Atau membangun madrasah unggulan setiap hari. Dana sebesar itu juga bisa digunakan untuk memberangkatkan 10.000 jamaah ke Mekkah.

Tak hanya itu, setiap hari juga bisa dibelikan susu terbaik untuk pengembangan optimal otak balita Muslim. "Bukankah membiarkan umat merokok merupakan proses pembodohan dan pemiskinan?" tegasnya.

Fuad menyebutkan, rokok merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan di Indonesia. Ketika seseorang teradiksi rokok, akhirnya ia menganggarkan untuk membeli rokok. Apapun yang terjadi ia harus membeli rokok. Padahal, ini akan mengurangi gizi anak-anak, nafkah untuk istri, pendidikan anak-anak, dan banyak lagi. Itu dari segi ekonomi, belum pendidikan dan kesehatan. Jadi, ekonominya goncang," katanya.

Menurut Fuad, mayoritas pengguna rokok adalah orang miskin. Ini aneh tapi nyata. Di negara maju, orang kaya yang mampu membeli rokok, di Indonesia orang miskin pun mampu membeli rokok dengan mudah. "Di sini harga murah, bisa diketeng lagi!" Ujarnya.
(diambil dari Majalah Gontor, edisi April 2008)

Spiritualitas dan Karya Tulis KH. Muhammad Baqir (bag. 4)

Dalam mengasuh pesantren dan menjalankan Bisnisnya, KH. Baqir Adelan tidak pernah meninggalkan sholat dhuha, kecuali ketika bepergian. Istiqomah menjadi imam di Masjid al-Ihsan atau berjamaah dengan keluarganya. Rutin membaca kitab Tafsir Jalalain selepas sholat ashar di hadapan para santri putra dan selepas sholat maghrib di hadapan santri putri dengan harapan dapat menghatamkan kitab ini setiap tiga tahun sekali.


Sementara kedekatan spiritualnya dengan masyarakat ditandai dengan pembacaan kitab Ibanatul Ahkam (Syarh Bulughul Maram) dan kitab Majalisus Saniyah setiap malam selasa ba’dal Isya’ di masjid, serta dalam banyak kesempatan selalu berusaha mengayomi dan memberikan tausiyah kepada masyarakat.


Sebagai seorang pengasuh pesantren yang setiap hari berjumpa dengan para santri di meja belajar, KH. Muhammad baqir Adelan memiliki kepedulian yang sangat intens terhadap pelajaran-pelajaran apra santri. Terbukti, di tengah-tengah kesibukannnya mengembangkan bisnis, berorganisasi dan mengayomi masyarakat, beliau masih sempat membuahkan beberapa karya tulis, meskipun hanya digunakan di tingkat lokal. Di antara kitab-kitab karyanya adalah, Attaysiir Wattabyiin Limaqoosidi Alfoyyah ibni Malik yang dikerjakannya sejak tahun 158 M. kitab ini berisi penjelasan yang memudahkan para santri untuk memahami maksud nadhom-nadhom dalam Alfiyyah ibnu Malik.


Karya lainnya adalah kitab Syarah Asma’ul Husna, menguraikan makna yang terkandung dalam Asmaul Husna (99 Asma Allah) dengan menukil pendapat para ulama besar. Tashilul Mubtadi’ fi Ilminnahwil ’Imrithi yang ditujukan untuk mempermudah para santri mempelajari gramatika dasar bahsa Arab. Kitab Imrithi adalah kitab standar dasar pelajaran gramatika Arab di pesantren-pesantren Jawa. Serta kitab Khasyiyah Uqdatul farid fi ’Ilmil Faraidh, karya ini menunjukkan bahwa KH. Muhammad Baqir Adelan adalah sosok ulama yang mumpuni. Banyak ulama di Jawa yang meyakini bahwa ilmu faraidh (ilmu pembagian harta waris menurut syariat Islam) adalah ilmu langka yang hanya dikuasai secara mumpuni oleh ulama-ulama khusus saja. Ilmu faraidh adalah salah satu ilmu yang akan dicabut oleh Allah sejak awal sebelum kedatangan kiamat kubro.


Setelah mengarungi sedemikian banyak kisah perjalanan kehidupan, KH. Muhammad Baqir Adelan berpulang ke rahmatullah pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006. semoga Allah menjadikan kemandirian dan kesabarannya sebagai inspirasai dan teladan bagi generasi penerusnya. Amin.
*Disarikan dari laporan penelitian Siddiq Abdur Rozzaq dan Nur Indah Kurniawati bertajuk “Etos Kemandirian Kaum Santri: Studi tentang Kewirausahaan KH Moh Baqir Adelan dari Lamongan”.

Konsep Bisnis KH Baqir Adelan (bag. 3)

Dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya dari kecil hingga menjadi sebuah usaha besar di kawasannya ini, KH. Baqir Adelan memiliki beberapa prinsip yang terus dipegang dan dijalankannya sebagai sebuah idealisme usaha.

Pertama, realistis, yakni hanya mengerjakan pekerjaan sebatas kemampuan keuangan perusahanaan dan order yang diterima. Bila menerima pesanan yang tidak mampu dijalankan maka perusahaan akan menolak order ini.

Kedua, amanah dan konsisten, dengan memberlakukan harga tetap sesuai kesepakatan awal meskipun harga bahan baku ternyata naik di tengah-tengah pengerjaan order. UD. Barokah Sejati juga senantiasa menjaga kualitas barang produksinya, menjaga kualitas pekerjaan para karyawannya sehingga tidak mengecewakan pelanggan.

Ketiga, hati-hati, teliti dan berani, perjanjian-perjanjian kontrak jual beli disesuaikan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam hukum fikih. Karena pengalamannya yang matang, KH. Baqir Adelan adalah sorang yangsangat teliti dalam menaksir harga-harga bahan baku dan biaya pembuatan sebelum menaksir biaya pemesanan yang harus dibayarkan oleh klien/konsumen.
Di sisi lain UD. Barokah Sejati tidak pernah minder untuk bersaing dalam memenangkan tender lelang berhadapan dengan badan usaha-badan usaha lain yang lebih besar.

Keempat, adil dan kooperatif, dengan menyelesaikan pesanan sesua waktu yang disepakati. Selalu mendahulukan pengerjaan order yang lebih dahulu disepakati meskipun ada lagi order yang lebih tinggi nilainya, dan bahkan jika meninggalkan deposit (uang muka) lebih besar dari yang terdahulu.

Selain mengasuh pesantren dan menjalankan usaha dagangnya, KH. Baqir Adelan juga aktif dalam berbagai kegiatan NU di wilayahnya. Tercatat Beliau adalah salah satu pelopor berdirinya NU di tengah semakin menguatnya hegemoni Masyumi di wilayah Paciran pada tahun 1965 M. Dipercayai sebagai ketua Kortan Ma’arif MWC NU kecamatan Paciran (1967-1975). Wakil Rois Suriah PCNU kabupaten lamongan (1982-1992). Rois Suriah PCNU Lamongan (1992-2002). Mustasyar PCNU Lamongan (2002-2005). A’wan Suriyah PWNU jawa Timur sejak 1993 dan Ketua Suriah PCNU lamongan (2005 hingga meninggal tujuh bulan sejak dilantik). Sementara di luar NU, KH. Baqir Adelan juga turut dipercaya sebagai Ketua MUI Lamongan, Penasehat Bazis Lamongan dan jabatan-jabatan kehormatan lainnya.

KH MUHAMMAD BAQIR ADELAN: Mengembangkan Pesantren Keluarga* (bag.2)

Karena Pesantren Tarbiyatut Thalabah yang diasuh keluarganya kemudian juga membutuhkan guru-guru baru, Baqir Adelan kemudian ke kampungnya sendiri. Sepeninggal KH. Musthofa (kakeknya), kepemimpinan pesantren diserahkan kepada menantunya, KH. Adelan Abdul Qodir (ayah Baqir) hingga sang ayah wafat pada tahun 1976 M. Dengan demikian, KH. Baqir Adelan inilah yang kemudian diserahi kepemimpinan Pesantren Tarbiyatut Tholabah.



Selanjutnya KH. Baqir Adelan mulai menumpahkan seluruh kehidupannya untuk mengabdi kepada masyarakatnya melalui jalur pendidikan keagamaan (pesantren). Namun hal ini bukan berarti membuatnya meninggalkan dunia yang telah dirintisnya dari awal, yakni dunia usaha. Toh, sebagai seorang pengasuh pesantren kemandirian pribadinya tetap terlihat, hal ini terbukti bahwa sebagai seorang pengasuh pesantren, KH. Baqir Adelan masih selalu menyempatkan diri untuk mencuci sendiri baju-bajunya.



Kepeduliannya kepada kehidupan keseharian santri diwujudkan dalam didikannya untuk terjun langsung membangunkan para santri ketika subuh dan memantau satu persatu perkembangan para santrinya, serta secara rutin mengunjungi kantor-kantor lembaga yang dipimpinnya agar para santri tetap dapat mengikuti sekolah dengan baik.



Ia kemudian berusaha mengembangkan bisnisnya untuk menunjang pembiayan pesantren yang diasuhnya. Membentuk forum silaturrahim berbungkus arisan bagi masyarakat dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara pesantren dengan masyarakat. Kegiatan ini diikuti leh seluruh nelayan di wilayah pesisir utara Lamongan. Kesempatan ini, bagi KH. Baqir Adelan dapat berfungsi ganda, yakni sebgai media dakwah sekaligus mengembangkan jaringan bisnis di antara sasama nelayan dan warga pesantren.



Semakin bertambah usianya, semakin banyaklah pengalaman hidupnya, dan berkembang pula naluri bisnis yang telah diasahnya sejak kecil. Setelah pulang kembali ke Paciran, ia melebarkan sayap usahanya dengan membuka pelayanan pemesanan kitab-kitab bagi madrasah di lingkungan LP Ma’arif Kortan Paciran pada tahun 1958-1975 M.



Kelihaiannya berbisnis semakin tampak tatkala ia melakukan ekspansi dagang di bidang kayu jati. Pada mulanya memang hanya untuk menyediakan bahan baku bagi pembuatan bangku-bangku dan peralatan sekolah. Namun usaha ini kemudian terus berkembang hingga pada tahun 1975 berdirilah usaha meubeler bernama UD. Barokah Sejati yang bergerak di bidang penyediaan kayu jati sebagai bahan baku pembuatan perahu nelayan.Beberapa tahun kemudian, selain sebagai ulama pengasuh pesantren, KH. Baqir Adelan juga terkenal sebagai pengusaha kayu. Terutama ketika kemudian, mertuanya, H. Mas’ud, memiliki ide kontroversial, yakni menginginkan agar KH. Baqir Adelan mengembangkan pembuatan jenis perahu baru bagi nelayan setempat. Sebuah model perahu nelayan semi modern sebagai produk baru usaha dagangnya. Sebuah perahu bermesin tempel dan bergardan untuk menarik pukat di bagian belakang.



Ide ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakatnya, karena selama ini para nelayan setempat hanya menggunakan perahu tradisional untuk mencarai nafkah. Masyarakat menganggap bahwa perahu model barunya hanyalah sebuah usaha yang sia-sia. Namun anggapan ini tidaklah membuatnya surut dan mengurungkan niat. Ia tetap teguh meneruskan usahanya, hingga akhirnya kegigihannya berbuah. Kini hampir semua nelayan di pesisir Lamongan menggunakan perahu jenis ini. UD. Barokah sejati yang dirintisnya pun semakin berkembang dan tentu saja sebagian labanya digunakan untuk mengembangkan Pesantren Tarbiyatut Tholabah asuhannya yang terus berkembang.

KH MUHAMMAD BAQIR ADELAN: Berwirausaha untuk Membiayai Pesantren* (bag.1)

Pesisir pantai utara (Pantura) Jawa Timur adalah kawasan yang membentang dari garis pantai Tuban yang berbatasan dengan Jawa Tengah hingga ke timur sampai di pantai Surabaya. Garis pantai selanjutnya, dari Surabaya ke selatan hingga ujung pantai Banyuwangi, biasanya disebut sebagai kawasan Tapal Kuda. Kedua kawasan ini sama-sama merupakan kawasan yang didiami oleh mayoritas masyarakat santri.

Sejak zaman-zaman awal kedatangan Islam ke pulau Jawa, di kawasan ini banyak sekali didirikan lembaga pendidikan pesantren. Penduduk hidup dalam suasana religius dan berjiwa bebas. Maka demikian pulalah suasana dan psikologi penduduk di Paciran, Lamongan Jawa Timur, tanah kelahiran KH. Muhammad baqir Adelan, pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Paciran, Lamongan.

Di sebuah desa yang terletak di pesisir Utara Jawa Timur, tepatnya di Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada tanggal 30 Agustus 1934 M. bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Ula 1354 H. lahirlah seorang bayi mungil yang diberinama Baqir, sebagai putera keenam dari duabelas bersaudara buah perkawinan KH. Adelan bin Abdul Qodir Kranji dengan Nyai Hj. Sofiyah binti KH. Musthofa.

Anak ini kemudian tumbuh dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan dikaruniai kecerdasan yang melebihi teman-teman sepermainannya. Karena situasi dan psikologi masyarakat Pantura yang bebas dan berkemandirian, maka ia pun memiliki keberanian dan bakat-bakat wira usaha sejak kecil.Memulai pendidikan pertamanya dengan ngangsu ilmu langsung dari Ibunda tercintanya, Hj. Nyai Shofiyah dan neneknya, Nyai Aminah Sholeh, lalu pada pamannya, KH. Abdul Karim dan kemudian memeperdalam bekal ilmu dasar dari Kakeknya KH. Musthofa Abdul Karim.

Sejak usia tujuh tahun, Baqir kecil juga belajar di pendidikan formal, Madrasah Tarbiyatut Tholabah Kranji yang dipimpin oleh pamannya, KH. Abdul karim Musthofa selama empat tahun. Untuk kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Muallimin Desa Tunggul Paciran pada tahun 1940-1944 M. di bawah pimpinan ulama pejuang, KH. Muhammad Amin Musthofa.Karena bekal pendidikannya yang seperti ini maka tak heran jika sejak usia empat belas tahun ia telah dipercayai oleh gurunya untuk ikut mengajar di pesantren dan turut berdakwah di masyarakat.

Dari Madrasah Muallimin Tunggul paciran inilah, Muhammad Baqir mulai dipercaya untuk mencoba menularkan ilmunya kepada masyarakat.Namun karena dirasa bekalnya belum mumpuni, maka ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang pada tahun 1952 M. yang saat itu diasuh oleh KH. Abdul Jalil. Satu hal di antara kelebihannya ketika masih berstatus santri di Tambakberas ini adalah jiwa kewirausahaannya yang mulai tumbuh. Karena diterima di kelas lima (rata-rata siswa lain diterima di kelas empat), maka ia hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk menamatkan tingkat Ibtidaiyah. Karena ingin mandiri, setelah menamatkan tingkat Ibtidaiyah, ia pun pindah dari asrama dan tinggal di Desa Bulak sembari tetap mengaji di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Di Desa Bulak inilah ia memulai kemandiriannya dengan menjalani usaha kecil-kecilan berupa jual-beli hasil bumi penduduk di desa-desa sekitarnya. Hasil usahanya ini bahkan telah dapat digunakan untuk membantu orang tuanya membiayai pendidikan adik-adiknya. Setahun kemudian ia meneruskan pendidikannya dengan belajar kepada KH. Bisri Sansuri di Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar Jombang selama empat tahun kemudian. Selain mengaji Baqir yang telah menjadi seorang ustadz muda ini, juga turut dipercaya untuk membantu mengajar di pesantren Manbaul Ma’arif ini.

Rapat Membahas MUBES WASIAT

Ahad, 6 April 2008, pengurus Wasiat bersama dengan anggota mengadakan rapat bersama. Rapat dilaksanakan di base camp Wasiat, gang Bungur Ciputat. Dihadiri oleh 24 peserta, rapat membahas rencana pelaksanaan Musyawarah Besar Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah di Jakarta (MUBES WASIAT).

Pelaksanaan MUBES dianggap sudah sangat urgen mengingat proses regenerasi yang harus terus berjalan. Selain itu, masa jabatan pengurus periode 2005-2007 mestinya juga sudah habis tahun lalu. Apalagi, pengurus lama sudah banyak yang tidak aktif karena disibukkan oleh pekerjaan masing-masing.

Rapat dipimpin langsung oleh Ketua Umum Wasiat periode 2005-2007, Moh. Nur Huda bersama dengan Sekretaris Umum, Moh. Shorih Al Kholid.

Di antara keputusan yang dihasilkan pada rapat tersebut adalah:

- menetapkan pelaksanaan MUBUS Wasiat pada bulan Mei;
- Menetapkan Widiono, Sugiono, Umu Shofiyah, Mubayyinah, Agustin Nailatul Izzah, Lathifatus Suniyah, Masyhari, dan Malihatus Shafiyah sebagai SC dalam acara MUBES;
- menetapkan Moh. Arifin sebagai Ketua Panitia MUBES dan Moh. Malikul Faiz sebagai Sekretaris;
- menyerukan kepada seluruh pengurus untuk mengevaluasi tugas masing-masing.

wasiat punya blog

mulai hari ini, kita punya blog kawan...

mari kita rawat sama-sama blog ini.

blog ini adalah media kita mempopulerkan wasiat kita.

Blog Archive

Popular Posts