Percaya tidak? Niat dan kemauan untuk menerjuni dunia usaha tidak melulu karena mempunyai modal cukup atau pengalaman yang mumpuni di suatu bidang usaha. Kadangkala, minat untuk berusaha hadir saat diri menemui kesulitan. Itulah yang dialami oleh H. Abdullah Mas’ud, Pimpinan Paramuda Group yang juga pembina WASIAT.
Cak Ud, begitu dia akrab dipanggil, mendirikan usaha lantaran adanya keterdesakan hidup yang kian sulit di Ibu kota. Barangakali ia bukanlah satu-satunya orang yang yang mandiri karena keterdesakan. Tetapi, paling tidak, ia adalah salah satu profil muda yang patut diacungi jempol. Pada saat teman-temannya mengeluh karena sulitnya hidup jauh dari kampung halaman, Cak Ud bangkit dari keluh kesah. Ia melangkah bersama teman-temannya yang lain, membangun usaha kecil-kecilan. Mereka menyedut diri sebagai PARAMUDA, anak-anak muda, yang tak gampang menyerah.
Awal mula usaha yang dibangun adalah di bidang percetakan. Pertama kali mencanangkan bisnis ini, tak ada yang bisa dikerjakannya. Namun, Cak Ud bersama anak-anak muda lainnya tak lantas berputus asa. Mereka terus berusaha. Sedikit demi sedikit hasilnya pun mulai tampak. Cak Ud masih ingat, pertama kali ia menerima order adalah satu paket pembuatan kartu nama. Kemudian, menyusul leflet, brosur, poster, dan beberapa media promosi kecil-kecilan yang dipesan oleh teman-temannya sesasa mahasiswa. Dari hari ke hari, bulan berganti bulan, order cetakan mereka pun makin bertambah. Cak Ud dan kawan-kawan senang bukan kepalang.
“Saya sebenarnya tak punya background dan pengalaman di bidang ini,” ujarnya. Ya, benar. Saat mendirikan PARAMUDA, Cak Ud memang tidak berbekal pengetahuan yang cukup. Meski bisa menyelesaikan S1-nya, toh tak cukup membantu usahanya. Namun, berkat ketekukan dan semangat pantang menyerah—apalagi dia sering kebagian tugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kertas dan cetak mencetak—pengetahuannya pun semakin bertambah.
Kini, PARAMUDA kian berkembang. Tak hanya percetakan, PARAMUDA di bawah bendera PARAMUDA GROUP juga bergerak di bidang penerbitan dan distribusi buku. Beberapa buku telah berhasil diterbitkan di bawah nama Penerbit Cendekia Muda. Sedangkan Paramuda Bookstore bergerak di bidang distribusi buku.
Selain itu, PARAMUDA GROUP juga beberapa kali mengadakan kegiatan pengembangan diri dan potensi, di antaranya adalah Pelatihan Servis Handphone, Pelatihan Kemandirian untuk Remaja, Pelatihan Peta Masa Depanku, dan lain sebagainya.
Kini, Cak Ud, pemilik PARAMUDA, masih tetap muda (belum menikah, hehehe). Bahkan, yang membuat angkat topi, dia masih sempat berkumpul-kumpul atau rapat dengan junior Wasiat yang jauh di bawahnya. Juga, masih sempat “ikut-ikutan” ngurusi kegiatan Wasiat. Kesederhanaan dan kebersahajaannya terlihat di sini.
Jika kekayaan sebagai ukurannya, maka Cak Ud adalah profil muda yang bisa dikatakan sukses. Dia sudah memiliki sebuah ruko 3 lantai dan sebuah mobil Avanza, selain juga sibuk bekerja di Departemen Agama dan menjadi Kepala Sekolah Al-Nahdlah di Pondok Petir Sawangan Depok.
Mungkin, banyak yang “iri” dengan kemapanan Cak Ud hari ini. Banyak juga yang tidak melihat bagaimana sesungguhnya Cak Ud dulu—saat mengalami masa-masa prihatin di Jakarta. Dia sempat mengalami masa-masa melarat—titik nadir dalam bahasa Cak Ud. Di mana waktu itu dia sempat berpuasa Daud (sehari puasa, sehari tidak) selama 2 tahun. Dan, kebiasan puasa ini masih berlanjut hingga sekarang saat sudah sejahtera—dengan puasa senin-kamis. Rahasia lain yang tidak pernah diungkapkan kepada banyak orang adalah kebiasannya bangun malam untuk bermunajat kepada Allah Swt. Selain itu, didukung dengan sedekah rutin kepada yang membutuhkan ataupun yang “tidak membutuhkan”.
(Adaptasi dari Profil Cak Ud yang dimuat di majalah Syir’ah dengan judul “Yang Muda Yang Menggeluti Dunia Usaha”, edisi Februari 2006. Ditulis ulang oleh Moh. Shorih Al-Kholid)
Kamis, 18 September 2008
Pelajaran dari Pak Djakfar
Lama sekali sesungguhnya saya ingin menuliskan intisari yang saya dapatkan dari Pak Djakfar pada acara Sharing senior dengan junior WASIAT di Puncak, Bogor. Namun, baru sekarang saya berkesempatan mendokumentasikannya untuk blog WASIAT. Semoga catatan ini bermanfaat.
Pak Djakfar mengawali motivasinya dengan mengutip syair yang kerap disenandungkan oleh (alm) Kiai Baqir Adelan, yang ditujukan kepada para muridnya.:
“Quumu Ayyuhas Syubbanul Kiram”
Bangkitlah, wahai para pemuda yang mulia.
Bangkit dan Bergerak
Kita sesungguhnya adalah para pemuda yang mulia dan terhormat, namun kita belum bisa mencapainya jika kita hanya duduk-duduk saja, banyak tidur, terlalu sering bermain game, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Kita harus bangkit, bergerak, berusaha, dan menunjukkan bahwa diri kita ada. Masih layak dianggap sebagai manusia yang hidup dan bernapas. Jika tidak, maka layaklah kita untuk ditakbiri sebanyak empat kali (shalat jenazah).
Mengenai masa depan
“Kita tidak tahu, nanti akan menjadi apa. Maka, berbaik-baiklah pada semua orang. Karena kita tidak tahu; bisa jadi orang tersebut adalah penyelamat kita suatu saat nanti.”
Persiapkan Modalnya Sekarang
Setiap dari kalian akan menjadi orang yang sukses, orang yang lebih baik dan terhrmat daripada sekarang, asalkan mempunyai modal yang lengkap. Oleh karena itu, lengkapilah modal kalian. Modal apa saja, dalam bidang apa saja. Pelajari semuanya sebaik-baiknya. Karena—sekali lagi, Anda tidak tahu di bidang yang mana kelak Anda akan berperan. Siapa tahu, kelak salah seorang di antara kalian “dipaksa” menempati posisi tertentu. Menjadi menteri, misalnya. Masalahnya, siap tidak, andai itu benar-benar terjadi?
Berbuat Saja, Tak Usah Pikirkan Balasannya
Tidak usah berpikir bahwa apa yang kalian lakukan itu untuk kalian. Tapi, lakukan saja. Berbuat saja yang terbaik dalam setiap kesempatan. Karena bagian kalian akan diberikan nanti. Tak usah dipikirkan. Waqul i’maluu fa sayarallahu amalakum wa rasuuluhuu wal mu’minuun. “Berbuat sajalah kamu. Maka, itu akan dilihat oleh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.”
Setelah beberapa kalimat dahsyat yang memotivasi, Pak Djakfar menutup dengan prinsip pribadinya:
“Begitu saya hidup, saya tidak boleh menjadi orang yang tidak berguna. Pokonya saya berbuat baik saja. Efeknya apa buat saya? Gak perlu dipikirkan. Nanti akan datang sendiri.”
Semoga bermanfaat.
Pak Djakfar mengawali motivasinya dengan mengutip syair yang kerap disenandungkan oleh (alm) Kiai Baqir Adelan, yang ditujukan kepada para muridnya.:
“Quumu Ayyuhas Syubbanul Kiram”
Bangkitlah, wahai para pemuda yang mulia.
Bangkit dan Bergerak
Kita sesungguhnya adalah para pemuda yang mulia dan terhormat, namun kita belum bisa mencapainya jika kita hanya duduk-duduk saja, banyak tidur, terlalu sering bermain game, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Kita harus bangkit, bergerak, berusaha, dan menunjukkan bahwa diri kita ada. Masih layak dianggap sebagai manusia yang hidup dan bernapas. Jika tidak, maka layaklah kita untuk ditakbiri sebanyak empat kali (shalat jenazah).
Mengenai masa depan
“Kita tidak tahu, nanti akan menjadi apa. Maka, berbaik-baiklah pada semua orang. Karena kita tidak tahu; bisa jadi orang tersebut adalah penyelamat kita suatu saat nanti.”
Persiapkan Modalnya Sekarang
Setiap dari kalian akan menjadi orang yang sukses, orang yang lebih baik dan terhrmat daripada sekarang, asalkan mempunyai modal yang lengkap. Oleh karena itu, lengkapilah modal kalian. Modal apa saja, dalam bidang apa saja. Pelajari semuanya sebaik-baiknya. Karena—sekali lagi, Anda tidak tahu di bidang yang mana kelak Anda akan berperan. Siapa tahu, kelak salah seorang di antara kalian “dipaksa” menempati posisi tertentu. Menjadi menteri, misalnya. Masalahnya, siap tidak, andai itu benar-benar terjadi?
Berbuat Saja, Tak Usah Pikirkan Balasannya
Tidak usah berpikir bahwa apa yang kalian lakukan itu untuk kalian. Tapi, lakukan saja. Berbuat saja yang terbaik dalam setiap kesempatan. Karena bagian kalian akan diberikan nanti. Tak usah dipikirkan. Waqul i’maluu fa sayarallahu amalakum wa rasuuluhuu wal mu’minuun. “Berbuat sajalah kamu. Maka, itu akan dilihat oleh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.”
Setelah beberapa kalimat dahsyat yang memotivasi, Pak Djakfar menutup dengan prinsip pribadinya:
“Begitu saya hidup, saya tidak boleh menjadi orang yang tidak berguna. Pokonya saya berbuat baik saja. Efeknya apa buat saya? Gak perlu dipikirkan. Nanti akan datang sendiri.”
Semoga bermanfaat.
Mudik Gratis dari PDIP
Lebaran seakan menjadi sebuah kewajiban harus pulang. Begitu pula tahun ini, kami keluarga besar Wasiat pun hendak pulang; bersua, berkumpul, dan silaturrahmi dengan orangtua, sanak-saudara, guru, dan teman-teman di rumah.
Berharap dari kereta api Kertajaya langganan kami—yang berdana minim, adalah pilihan paling logis untuk pulang. Namun, sesungguhnya kami enggan naik jika membayangkan betapa sesaknya orang pulang dengan menggunakan kereta yang sama, saat mudik. Sementara kereta api bisnis dan eksekutif, tiketnya sudah pada habis. Itu pun dengan harga yang naik berlipat ganda dari harga normal.
Selama Ramadhan, kami selalu berdoa, berharap ada mudik gratisan lagi seperti tahun lalu. Tahun 2007, kawan-kawan Wasiat pulang mudik bareng dengan menggunakan bis fasilitas gratisan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Alhamdulillah, menjelang pertengahan Ramadhan, ada informasi bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengadakan program mudik gratis. Dengan moto Moncong Putih Mudik Bareng, pengurus menyiapkan 400 bis dengan tujuan kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 13 September 2008. Hari pertama pendaftaran, kantor DPP PDIP di Lenteng Agung disesaki oleh masyarakat yang hendak memanfaatkan kesempatan ini. Berdesak-desakan mereka, antri menunggu giliran.
Pada hari kedua pendaftaran (14/09/08), warga Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah (WASIAT) yang dikoordinir oleh Abrohul Itsnaini mengumpulkan fotokopi KTP teman-temannya dan membawa ke tempat pendaftaran. Sebanyak 27 orang didaftarkan pada pagi itu oleh Rohul yang berangkat dari Ciputat pada jam 06.00 WIB.
Alhamdulillah, sekitar jam 14.00 WIB, mereka pun berhasil mendapatkan “tiket” mudik gratis. Urusan mudik menjadi tenang sekarang.
Mudik gratis ini akan dilaksanakan serentak di PRJ Kemayoran pada hari Ahad, 28 September 2008 mendatang. Para peserta mudik akan mendapatkan paket mudik dari DPP PDIP sebagai berikut:
- ID Card
- Pin PDIP
- Tas mudik
- Konsumsi
- Asuransi (berlaku selama sebulan)
- Stiker
Berharap dari kereta api Kertajaya langganan kami—yang berdana minim, adalah pilihan paling logis untuk pulang. Namun, sesungguhnya kami enggan naik jika membayangkan betapa sesaknya orang pulang dengan menggunakan kereta yang sama, saat mudik. Sementara kereta api bisnis dan eksekutif, tiketnya sudah pada habis. Itu pun dengan harga yang naik berlipat ganda dari harga normal.
Selama Ramadhan, kami selalu berdoa, berharap ada mudik gratisan lagi seperti tahun lalu. Tahun 2007, kawan-kawan Wasiat pulang mudik bareng dengan menggunakan bis fasilitas gratisan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Alhamdulillah, menjelang pertengahan Ramadhan, ada informasi bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengadakan program mudik gratis. Dengan moto Moncong Putih Mudik Bareng, pengurus menyiapkan 400 bis dengan tujuan kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 13 September 2008. Hari pertama pendaftaran, kantor DPP PDIP di Lenteng Agung disesaki oleh masyarakat yang hendak memanfaatkan kesempatan ini. Berdesak-desakan mereka, antri menunggu giliran.
Pada hari kedua pendaftaran (14/09/08), warga Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah (WASIAT) yang dikoordinir oleh Abrohul Itsnaini mengumpulkan fotokopi KTP teman-temannya dan membawa ke tempat pendaftaran. Sebanyak 27 orang didaftarkan pada pagi itu oleh Rohul yang berangkat dari Ciputat pada jam 06.00 WIB.
Alhamdulillah, sekitar jam 14.00 WIB, mereka pun berhasil mendapatkan “tiket” mudik gratis. Urusan mudik menjadi tenang sekarang.
Mudik gratis ini akan dilaksanakan serentak di PRJ Kemayoran pada hari Ahad, 28 September 2008 mendatang. Para peserta mudik akan mendapatkan paket mudik dari DPP PDIP sebagai berikut:
- ID Card
- Pin PDIP
- Tas mudik
- Konsumsi
- Asuransi (berlaku selama sebulan)
- Stiker
Buka Bersama buat Teman2 Bace Camp & Wasiat
Ramadhan tahun ini banyak kemudahan bagi teman-teman Wasiat—terutama dalam hal berbuka. Setiap hari, di musholla Raudhotul Jannah yang terletak di dekat Base Camp Wasiat, Ciputat, setiap hari selalu dibagikan paket buka bersama. Segelas air dan sebungkus nasi.
Ini berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya yang “hanya” minum teh dan beberapa makanan ringan dan kurma sebagai ta’jil.Karena itu, menjelang maghrib, para mahasiswa yang kebetulan banyak tinggal di sekitar musholla berbondong-bondong untuk mendapatkan bagian.
Keadaan ini tentu saja membuat pengeluaran menjadi semakin hemat. Teman-teman hanya mengeluarkan uang untuk sahur—bagi yang tidak merokok dan tidak suka ngemil. Apalagi, sebagaimana tradisi sewaktu di pesantren, mereka makan sahur secara bersamaan dengan satu talam. Nasinya masak sendiri, dan hanya butuh membeli lauk pauk di Bu As.
Alhamdulillah.
(Sekadar catatan harian)
Ini berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya yang “hanya” minum teh dan beberapa makanan ringan dan kurma sebagai ta’jil.Karena itu, menjelang maghrib, para mahasiswa yang kebetulan banyak tinggal di sekitar musholla berbondong-bondong untuk mendapatkan bagian.
Keadaan ini tentu saja membuat pengeluaran menjadi semakin hemat. Teman-teman hanya mengeluarkan uang untuk sahur—bagi yang tidak merokok dan tidak suka ngemil. Apalagi, sebagaimana tradisi sewaktu di pesantren, mereka makan sahur secara bersamaan dengan satu talam. Nasinya masak sendiri, dan hanya butuh membeli lauk pauk di Bu As.
Alhamdulillah.
(Sekadar catatan harian)
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Archive
Popular Posts
-
Malam itu saya sengaja membuka-buka buku Album Kenangan MA Tabah milik saya. Di halaman pertama daftar guru, mata saya langsung tertuju p...
-
Bagi sahabat-sahabat yang ingin kuliah, namun kesulitan dalam hal pembiayaan, ada salah satu solusi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab...
-
Senin, 5 Mei 2008 | 10:51 WIB Siapa yang tidak kesal melihat si mulut besar atau si tukang ngeyel mengatakan sesuatu yang melenceng dari...
-
Alhamdulillah Laporan pertanggung jawaban (LPJ) Pengurus WASIAT JAKARTA masa khidmad 2013-2015 telah selesai dan alhamdulillah di trima oleh...
-
Oleh: Drs. H. Hamid Syarif, MA* Pada awalnya, para the founding father pondok pesantren; kiai, ulama, masyayikh, dan asatidz mendirikan atau...
-
JAKARTA - Wadah Silaturrahim Alumnni Tarbiyatut Tholabah di Jakarta (WASIAT) kembali menggelar Festival Hadrah Nusantara Ke-III. Festival...
-
Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Fuada Baradja, memberikan ilustrasi yang cukup mencengan...
-
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Dalam beberapa waktu belakangan ini Kelompok Islamic State of Iraq and Suria...
-
Rangkaian Acara Haul KH Musthofa ke 67 di Pondok Kranji Kec. Paciran Lamongan.