web 2.0

Rabu, 09 Februari 2011

Haul, Meneladani Sang Kiai

Acara haul KH Musthofa yang ke 62 ini marilah hayati sebagai motifasi yang mendorong kita pada peningkatan kualitas pada diri kita baik berupa keimanan kita, keilmuan, dan pendekatan kita kepada Allah yang Maha Esa. Makna Haul yang terpenting adalah, kita harus bias meeladani orang yang kita peringati setiap tahunnya.


Kalau kita cermati dan kita telaah apa yang ada sekarang ini, tidak lain hasil jerih payah para leluhur kita. Kita tidak mendapatkan ini semuanya tanpa usaha KH Musthoafa. Untuk itulah kita harus kembali kepada Visi beliau, yaitu menciptakan Insan Kamil, Manusia yang sempurna. Artinya kesempurnaan manusia adalah karena ia dikaruniani Akal. Sehingga manusia berbeda dengan hewan.


Akal merupakan nikmah yang tiada hingga. Namun nilai akal tidak lepas dari apa yang didapat oleh akal itu sendiri. Untuk itulah seharusnya, -untuk meneladani KH Musthofa- langkah pertama adalah kita harus meningkatkan kualitas keilmuan yang dimiliki oleh civitas akademika yang bernaung di bawah Yayasan Tarbiyatut Tholabah.


Selalu timbul pertanyaan, kenapa siswa dan santri sekarang semakin jauh dari kualitas yang diharap, tertuma dari segi keilmuan. Marilah semuanya kita mulai dari kita sendiri-sendiri. Saya selalu teringat akan almaghfurlah KH Moh Baqir Adelan, beliau semasa hidupnya tidak pernah lepas dari kitab. Walaupun beliau penuh kesibukan baik dalam lingkup internal maupun ekternal, namun beliau tidak pernah lupa untuk membaca sebagai tambahan ilmu.


Saya selalu teringat akan syair yang dibacakan kepada saya. Yang artinya “Jadilah engkau yang selalu bertambah pengetahuan mu setiap hari”. Lalu beliau memberikan nasihat : jangan sampai satu haripun kamu tidak mendapat pengetahuan yang baru, namun jangan lupa mengulang apa yang kamu pelajari.


Nasehat beliau inilah yang menjadikan saya sebagai motivasi, bahwa kita harus berilmu luas. Artinya, kita tidak cukup hanya membaca dan belajar tapi ada upaya selain membaca untuk mendapatkan ilmu, -seperti yang dilakukan oleh KH Musthofa- melalui tirakat, memperbanyak do’a, menjahui kemaksiatan sebisa mungkin, sopan kepada para Masayikh dan Guru DLL


Di antara yang beliau sampaikan yang selalu segar ditelingaku adalah. Al-Ilmu fi al-sudur. La fi al-Suthur (Ilmu itu di dada/hati, buka di bukuu). Kalau mengingat apa yang beliau sampaikan, maka untuk saat ini santri, siswa, mahasiswa, guru dan dosen sekalipun yang ada, sangat jauh sekali di bawah standar yang beliau sampaikan. Belum lagi ditambah Beramal-dan Ikhlas.


[ditulis oleh putra Almarhum KH Moh. Baqir Adelan, H. Sahlul Khuluq, Lc., MA.]

0 comments:

Blog Archive

Popular Posts