web 2.0

Jumat, 27 April 2012

Pak Notho; Belajar dari Sosok yang Tegas dan Disiplin


Madrasah kerapkali identik dengan pendidikan agama. Ia terkesan lebih menonjolkan pelajaran agama, dan menjadikan pelajaran umum sebagai urusan berikutnya. Tapi, tidak dengan Yayasan Tarbiyatut Tholabah. Salah satu buktinya, adalah usaha untuk selalu menghadirkan guru-guru Matematika yang andal. Kalau boleh nyebut nama—sejauh yang pernah ngajar penulis—ada Pak Abdul Ghofur dan Pak Muthoyo, juga guru favorit adikku, Abdur Rouf. Salah satu dari guru Matematika itu adalah Pak Notho. 

Bisa dibilang, Pak Notho adalah guru yang paling banyak dibicarakan di lingkungan sekolah. Istilah sekarangnya jadi trending topic-lah. Banyak faktor yang jadi pemicunya. Salah satunya—mungkin—adalah karena (waktu itu) beliau masih single. Tau sendiri kan anak-anak ABG (yang cewek-cewek) itu suka sekali membicarakan cowok idola. Apalagi guru yang masih muda dan single gitu....


Pak Notho dulu ngajar saya saat di MAK. Sebuah keadaan yang sangat tak menguntungkan bagi beliau. Betapa tidak, sesuai namanya rata2 siswa MAK mempunyai minat yang terlalu rendah untuk pelajaran umum—termasuk matematika. Namun, saya melihat beliau tak pernah menyerah. Tiap masuk kelas, selalu dengan penuh semangat mengajarkan materi berikutnya dan berikutnya. 

Yang saya lihat, Pak Notho adalah sosok guru yang tegas dan disiplin. Ketika itu, di kelas saya yang terlihat “berminat” dengan pelajaran Matematika tak kurang dari 5 orang anak (dari 21 anak). Apa yang dilakukan Pak Notho berikutnya? Beliau konsentrasi penuh pada ke-5 anak tersebut dalam memberikan materi pelajarannya. Sementara yang lain “hanya” diminta agar tak ramai dan tak mengganggu jalannya pelajaran. Beliau benar-benar menerapkan sikap tegas; bahwa yang butuh pelajaran bukan guru, tapi muridlah yang sesungguhnya membutuhkannya. Sepertinya, itulah yang hendak ditanamkannya pada para muridnya.

Beliau sosok yang teramat disiplin. Seingat saya, beliau tak pernah absen mengajar dengan alasan izin atau sakit. Saat itu, lagi musim persiapan haul Mbah Musthofa. Seluruh sekolah disibukkan dengan agenda rutin tahunan itu. Banyak guru-murid “sepakat” untuk tidak masuk kelas. Nah, yang “menjengkelkan” Pak Notho ini tidak mau tahu. Beliau tetap saja masuk, walaupun ada “protes” dari sebagian murid.

Urusan jam masuk pun, beliau adalah jagonya. Pasti selalu tepat waktu. Paling Cuma terlambat 2-3 menit karena harus berjalan dari satu ruang kelas ke kelas lain. Seringkali kami belum sempat “bernapas” dari pelajaran sebelumnya, Pak Notho sudah datang di kelas. Hahahaha....

Urusan keluar kelas, beliau juga teramat disiplin—menurut saya. Begitu bel tanda waktu sudah habis, beliau akan segera pamit dan salam dari kelas kami. Meskipun yang dikerjakan belum selesai. Suatu ketika, saat tengah menyelesaikan jawaban soal di papan tulis, tiba-tiba bel tanda waktu habis. Seketika itu beliau minta maaf dan minta izin dari kelas. Minggu depannya, beliau akan melanjutkan jawaban soal minggu kemarin yang belum terselesaikan. Luar biasa, bukan?!!

Lain dari semua dedikasinya yang besar untuk pendidikan, Pak Notho adalah sosok yang bersahabat dan murah senyum. Mungkin, itu semua tak lepas dari motto hidupnya sepeti yang diungkapkan dalam Buku Album Kenangan: “Tanggung Jawab lebih utama daripada Hak”. [KHO]

0 comments:

Blog Archive

Popular Posts