web 2.0

Jumat, 06 Juni 2008

Kado Kurang Mentyenagkan untuk Ketua Baru Wasiat

Seminggu setelah terpilih sebagai ketua umum Wasiat, Moh. Shorih Al Kholid, mendapat kado kurang menyenangkan. Tim futsal WASIAT FC mengalami kekalahan telak dari organisasi alumni Darul Ulum Tambak Beras, Jombang (HIMABI). Dalam pertandingan yang digelar di lapangan Fireball, Kampung Utan, Ciputat (1/5/2008), Wasiat FC harus mengakui keunggulan HIMABI dengan skor 9-3.

Sejak awal pertandingan, tampak sekali tim Wasiat bermain sangat hati-hati dan kurang tenang, sehingga mereka banyak melakukan kesalahan sendiri. Beberapa umpan pun mudah dipatahkan oleh lawan. Terobosan-terobosan yang biasa dilakukan juga tidak tampak dalam pertadingan tersebut.

Dengan tim yang hampir sama dengan ketika mengalahkan alumni Denanyar, Wasiat FC sebenarnya bisa mengimbangi permainan HIMABI. Namun, absennya striker “Ogie” Sugiono yang sibuk mengurusi kegiatan BEM di kampus UIN, barisan depan Wasiat menjadi mandul. Hal itu tampak jelas dengan gagalnya beberapa peluang yang dimiliki berbuah gol. Wasiat FC benar-benar kehilangan Sugiono yang dalam pertandingan sebelumnya menjadi top skorer.

Dalam pertandingan tersebut, tiga gol Wasiat FC dicetak oleh Hadi, Zaenal, dan Siswanto (Poker@yo) yang kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta.

Tim Wasiat FC:

Abrohul, Zaenal, Hadi, Misbah, Siswanto, Moh. Dail Khoir, dan Khaled.

Senin, 02 Juni 2008

Moh. Shorih Al Kholid; Ketua Umum Wasiat 2008-2010

Bogor--Moh. Shorih Al Kholid akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Wadah Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Tholabah di Jakarta (WASIAT) masa bakti 2008-2010. Dalam acara Musyawarah Besar II (MUBES II) yang dilaksanakan di villa Puncak, Bogor, Khaled mengungguli perolehan suara 3 calon lainnya, Moh. Nur Huda, Masyhari, dan Samsul Arifin.

Tahap pemilihan Ketua Wasiat, diawali dengan pencalonan. Tiap-tiap peserta Mubes berhak mengajukan 2 nama yang sebagai calon Ketua Umum. Dalam tahap ini, terdapat empat nama yang meempati 3 besar; Moh. Shorih Al Kholid memperoleh 26 suara, Moh. Nur Huda 6 suara, Masyhari 4 suara, dan Samsul Arifin 4 suara.

Tahap berikutnya adalah pernyataan kesediaan secara lisan dari masing-masing bakal calon untuk maju. Kesempatan pertama diberikan kepada Masyhari yang tidak menyatakan secara pasti kesediaannya. Khaled yang mendapat suara tertinggi, berharap yang terpilih sebagai Ketua Umum adalah orang terbaik dan karena ada Moh. Nur Huda--juga Ketua Umum sebelumnya--yang dianggapnya lebih baik darinya, dia berharap para pendukungnya untuk mengalihkan suara bagi Rekan Nur Huda. Adapun calon yang lain, tidak menyatakan secara pasti kesediaan atau penolakan untuk dicalonkan.

Karena belum ada calon yang mau pasti menyatakan kesediaannya, maka setiap calon ditanya oleh pemimpin sidang, Moh. Taqiyuddin, untuk menjawab; "Siap" atau "Tidak Siap". Pertanyaan kesediaan disampaikan kepada Khaled yang mendapat suara terbanyak. Dengan tegas, dia menjawab, "Bismillah, saya siap." Moh. Nur Huda mendapat giliran berikutnya, dengan tegas pula dia menyatakan, "Demi regerasi, saya tidak siap dicalonkan kembali." Sementara Masyhari dan Aripin juga menyatakan ketidaksiapannya karena ada yang lebih baik.

Akhirnya, karena hanya ada satu bakal calon yang bersedia dicalonkan, maka pimpinan sidang menyatakan, secara otomatis Moh. Shorih Al Kholid terpilih menjadi Ketua Umum Wasiat Terpilih untuk masa bakti 2008-2010. Dan tahap pemilihan berikutnya pun ditiadakan. Penetapan Khaled sebagai Ketua Umum disambut tepuk tangan dari peserta MUBES II WASIAT.

Selamat dan Sukses, semoga bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

Rabu, 21 Mei 2008

50 Tahun Bapak

Tulisan ini ditulis dalam rangka ULANG TAHUN Bapak yang ke-50. Banyak hal yang menjadi kenangan saya dengan Bapak. Semoga tulisan ini menjadi saksi betapa cinta saya kepada Bapak begitu besar.

Maen Catur Tiap Sore

Hal yang paling saya ingat dari Bapak adalah: waktu kecil, hampir tiap sore Bapak selalu ngajak saya bermain catur. Biasanya kami duduk berdua di emperan rumah setelah Ashar sambil menunggu saat shalat Maghrib tiba. Dalam permainan catur, dulu Bapak
sangat jago. Saya dan bapak pun saling mengalahkan. Kami bahkan berjanji untuk membalas kekalahan di hari berikutnya. Karena kebiasaan ini, saya menjadi pecatur yang hebat di desa saya. Hanya saja, waktu itu saya tidak punya lawan tanding. Maklumlah, waktu itu di desa saya permainan catur masih sangat asing. Bahkan, yang punya papan catur pun mungkin bisa dihitung.

Itulah, saya kemudian berinisiatif mencari ‘lawan’. Saya mengajak teman-teman sebaya saya bermain bersama. Awalnya, tentu saja saya yang mengajari mereka cara bermain catur. Hampir tiap siang, sepulang sekolah, teman-teman saya itu selalu berkumpul di rumah saya untuk bermain catur. Saking banyaknya anak yang mengantre untuk bermain, saya terpaksa harus mengalah untuk tidak ikut maen. Apalagi saya bukan lawan tanding yang sepadan bagi mereka.

Saya pun hanya sesekali ikut bermain. Biasanya saya cuma melihat strategi permainan dan atau memberi arahan cara bermain. Lama-lama saya semakin jarang bermain catur. Hingga akhirnya ada salah seorang teman saya yang paling jago, berhasil mengalahkan saya dalam pertandingan catur. Saat itulah saya merasa sangat terpukul. Setelah selama bertahun-tahun saya yang mengajari mereka dan tidak terkalahkan, akhirnya saya justru saya tumbang di tangan ‘murid’ saya sendiri.

Seakan masih belum bisa menerima, saya semakin jarang ikut bermain. Teman-teman saya yang tiap hari bermain, permainannya pun semakin berkembang. Hingga kualitas kami semua menjadi sepadan. Kami saling menang dan mengalahkan.

Rumah; “Kawah Candradimuka” Saya

Masa kecil saya, lebih banyak saya habiskan di rumah. Bapak menjadikan rumah ini sebagai tempat menggodok saya sebelum melepas di kemudian hari. Saya dilarang bermain jauh keluar desa, dilarang bermain sampai malam, dan dilarang bermain dengan anak-anak yang ‘nakal’.

Saya kerap kali iri melihat teman-teman yang begitu bebas bisa ke sana kemari (meski pulangnya juga dimarahi orangtuanya, hehehe). Sekolah pun saya tidak pernah jauh. Sejak kecil, lepas dari TK di desa saya dan sempat mencicipi kelas 1 MI, Bapak memasukkan saya ke sebuah sekolah yang terletak di desa tetangga. Di sekolah itulah, Bapak mengajar. Sekolah itu lebih besar, lebih banyak muridnya, dan tentu saja lebih baik secara kualitas daripada sekolah di desa saya.

Saya menghabiskan sekolah saya di tempat itu hingga lulus MAK. Saat lulus MTs, sekali lagi, saya iri melihat teman-teman saya yang meneruskan sekolah tingkat SMU-nya di sekolah-sekolah ‘besar’ di beberapa kota di Jawa Timur. Ada yang di Surabaya, Kediri, Jombang, Gresik, dan lain-lain. Tapi, Bapak tetap bertahan dengan tidak ikut-ikutan menyekolahkan saya keluar.

Walaupun begitu, Bapak pernah menyuruh saya untuk mencoba mendaftar di SMAN 1 Gresik. Sekolah ini merupakan sekolah favorit di kota Gresik. Sayang sekali, NEM saya tidak mampu menembus karena banyak pendaftar yang memiliki NEM lebih tinggi. Namun, saya sekarang bersyukur dulu tidak masuk ke sekolah tersebut. Mungkin cerita hidup saya akan berubah jika saya diterima di sekolah tersebut. Tapi, saya justru sangat bersyukur tidak diterima di sekolah itu. Saya malah berpikir apa jadinya saya sekarang? Padahal waktu itu saya masih belum siap dengan pergaulan ‘bebas’ di sana.

Nah, selepas lulus MAK itulah, Bapak saya mulai ‘melepas’ saya. Ketika teman-teman saya yang dulunya sekolah di kota-kota lain (di Jawa Timur), meneruskan kuliahnya juga di kota-kota di Jawa Timur, saya justru paling jauh sendiri. Ke Jakarta. Dan, pada saat itulah, saya akui saya benar-benar sudah siap menghadapi tantangan di Jakarta yang kata banyak orang, tantangannya jauh lebih besar daripada di kota-kota lainnya. “Kawah Candradimuka” yang dibangun Bapak di rumah, alhamdulillah berhasil.

Rabu, 07 Mei 2008

15 Wasiat vs Denanyar 5

Anak-anak Jakarta sekarang lagi demam maen futsal. Termasuk juga dengan anak-anak Wasiat. Nah, untuk melampiaskan hasrat bermain bola, Wasiat menggelar pertandingan persahabatan futsal melawan Alumni Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, di Jakarta, Jumat malam (2/4/08). Pertandingan digelar di Arena Fireball Kampung Utan, Ciputat.

Pertandingan yang digelar pada malam hari pada pukul 20.00—21.00 WIB itu dapat dilangsungkan dengan menyewa lapangan plus bola dengan harga 80 ribu/jam. Para pemain pun harus ‘urunan’ sendiri. Maklumlah, nyari lapangan di Jakarta susah. Kalaupun ada, ya harus bayar sewa kayak begini.

Tim Wasiat diperkuat oleh pemain yang pas-pasan (berjumlah 5 orang), sesuai dengan jumlah pemain futsal. Sedangkan Tim Denanyar, diperkuat oleh 7 orang pemain (berarti mereka punya 2 pemain cadangan). Khaled, pemain senior, didaulat sebagai penjaga gawang. Pemain belakang diisi oleh ..... dan ......... (sori, aku lupa. hehehe), sedangkan barisan penyerang diisi oleh duet Ogie dan Rohul.

Pertandingan berjalan tidak seimbang, karena mayoritas pemain Tim Denanyar adalah pemain ‘tua’ yang sudah jarang bermain bola. Skor pun sangat mencolok. WASIAT 15 vs 5 DENANYAR. Tim Denanyar kesulitan menembus pertahanan kuat yang digalang oleh dua pemain tangguh Wasiat. Mereka kerap berusaha mencetak gol dari tendangan jarak jauh. Namun, usaha mereka mentah karena tertahan kiper Wasiat.

Ogie mencetak 5 gol bagi Wasiat, Rohul (4 gol), sedangkan 6 gol lainnya dibagi oleh 2 pemain lainnya. Skor sendiri sempat berada dalam kedudukan 14-1. Keadaan ini membuat Khaled, sang penjaga gawang, ingin maju dan mencetak gol. Sayang sekali 3 kali peluang yang dimilikinya gagal dimanfaatkan menjadi gol. Satu gol yang sempat berhasil disarangkannya dianulir wasit.

Agenda minggu ini, Wasiat akan menghadapi Alumni dari Pondok Tebuireng, Jombang. Ayo, bareng-bareng dukung! hehehe

10 Hal Terburuk Saat Rapat

Senin, 5 Mei 2008 | 10:51 WIB

Siapa yang tidak kesal melihat si mulut besar atau si tukang ngeyel mengatakan sesuatu yang melenceng dari topik rapat, atau melihat rekan sekerja yang lemah yang dijatuhkan di depan peserta rapat lainnya oleh si tukang gertak?

Apa pun yang ada di dalam pikiran Anda, jangan pernah berpikir bahwa rapat tidaklah penting. Kenyataannya, rapat dapat memajukan ataupun menghancurkan karier Anda. Berikut, 10 hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat menghadiri rapat.

1. Datang terlambat
Tiba di tempat rapat beberapa menit lebih awal tidak saja memperlihatkan bahwa Anda menghargai waktu rekan sekerja, tetapi Anda pun dijamin akan mendapatkan tempat duduk yang enak.

2. Tidak siap
Bila agenda rapat telah diberikan beberapa waktu sebelum hari yang ditentukan, sebaiknya baca dengan teliti isi agenda rapat. Pikirkan pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan atau pikirkan apa yang dapat Anda kontribusikan sesuai dengan topik rapat.

3. Memonopoli pembicaraan
Bila sedang ada diskusi, sudah menjadi etika untuk mendahulukan para senior mengemukakan pendapat mereka terlebih dahulu. Begitu mereka selesai dengan topik yang mereka sampaikan, Anda dapat menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan. Tapi ingat, lakukan secara ringkas! Jangan bertele-tele atau merasa terpaksa untuk berbicara. Lebih baik dianggap bodoh daripada berbicara tetapi ragu-ragu.

4. Memberi pernyataan seperti pertanyaan
Menyampaikan pernyataan seperti pertanyaan mengundang orang lain untuk mengatakan tidak, berdebat atau mengambil keuntungan dari pernyataan Anda. Sampaikanlah dengan kalimat yang jelas.

5. Tidak dapat membaca situasi
Coba untuk mengukur kebutuhan dan situasi di dalam ruangan rapat. Dengar dan perhatikan baik-baik apa yang disampaikan oleh rekan sekerja lainnya untuk melihat seberapa reseptifnya mereka terhadap pendapat Anda. Anda harus menyampaikan pesan yang relevan.

6. Diintimidasi
Sayangnya, ada saja rekan sekerja yang memanfaatkan rapat sebagai arena perdebatan, dan mereka sendiri sebagai gladiator lisan berusaha mencari muka dari atasan. Bila Anda yang menjadi korban, bela diri secara tenang atau bisa membalasnya dengan mengatakan, "Sejak kapan Anda berpikir saya tidak peduli dengan hasil penjualan perusahaan?"

7. Permen Karet
Mengunyah atau mengemut permet karet sampai mengeluarkan suara, sangat mengganggu suasana rapat, selain tidak sopan dan tidak profesional.

8. Telepon genggam on
Matikan atau kecilkan volume telepon genggam pada saat rapat. Dering telepon mengganggu pembicara rapat dan peserta rapat. Jangan pernah menelepon di tengah-tengah rapat.

9. Menyimpang dari topik
Jangan membajak agenda. Tetap pusatkan perhatian pada topik rapat. Bila harus menyimpang dari topik rapat, pastikan peserta rapat yang lain tidak keberatan. Cara terbaik untuk membahas masalah penting yang tidak berhubungan dengan topik rapat saat itu adalah dengan mencatatnya untuk dibahas pada saat yang tepat.

10. Mangkir rapat
Tentu saja ada banyak pekerjaan yang membuat Anda tidak dapat ikut rapat. Namun, bila rapat dipimpin oleh salah seorang pimpinan perusahaan, berarti Anda kehilangan kesempatan agar diri Anda dikenal. Ingat, pada akhirnya rapat bukanlah mengenai produktivitas, tetapi lebih kepada membangun gambaran positif dan membentuk hubungan yang sangat penting bagi keberhasilan Anda.

Aline

Sumber; http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/05/10512334/10.hal.terburuk.saat.rapat

Blog Archive

Popular Posts